Skenario keempat penetrasi Renewable energy sebesar 16 %, dimana Renewable energy menggunakan PLTS (95 %) dan sisanya PLTMh, lalu PLTBm sebesar 15 %, dan PLTMG 69 % , tanpa PLTD (HSD).
Skenario kelima penetrasi Renewable energy sebesar 18 %, dimana Renewable energy menggunakan PLTS (73 %) dan sisanya PLTMh dan PLTB, lalu PLTBm sebesar 15 %, dan PLTMG 67 % , tanpa PLTD (HSD).
Skenario keenam penetrasi Renewable energy sebesar 18 %, dimana Renewable energy menggunakan PLTS (75 %) dan sisanya PLTMh dan PLTB, lalu PLTBm sebesar 21 %, dan PLTMG 61 % , tanpa PLTD (HSD).
Penilaian terhadap Affordability (LCOE) dan Sustainability (Biaya Emisi CO2) menggunakan aplikasi EnergyPLAN Aalborg University. Affordability ditinjau dari nilai total annual cost pembangkit selama 5 tahun sedangkan Sustainability ditinjau dari nilai emisi CO2 cost selama 5 tahun. Efisien atau energy security, ditentukan oleh kehandalan pada pembebanan, kualitas tegangan dan losses. Pada kajian ini, diasumsikan semua skenario handal dalam pembebanan, sedangkan tegangan dan losses jaringan akan diuji dengan mempergunakan Load Flow Analysis dengan Software ETAP.
Skema Trilemma digunakan untuk menentukan Skenario terbaik dalam pemilihan alternatif energi yang efisien, sustain (green energy), dan affordable (terjangkau), pada skema ini Energy Security memiliki bobot 30%, Affordability memiliki bobot 30%, dan Sustainability memiliki bobot 40%.
Hasil dari analisis yang telah dilakukan yaitu Skenario (1) RUPTL akan menghasilkan nilai LCOE pada tahun 2024 sebesar 0,1389 USD/Kwh (Rp. 1.978/Kwh) dengan Biaya Emisi CO2 selama 5 tahun mencapai 9,7 Juta USD. Dari 6 skenario yang diajukan, maka nilai LCOE terendah sebesar 0,1082 USD/Kwh (Rp. 1.541/Kwh) diperoleh pada skenario ke-6 dengan penetrasi Renewable energy sebesar 18% dari total energi primer yang dipergunakan. Selanjutnya, Skenario ke-6 yang diajukan juga menghasilkan nilai biaya CO2 terendah sebesar 6,9 juta USD artinya nilai ini ekivalensi dengan penurunan emisi CO2 sebesar 91,14 kilo Ton CO2 dibandingkan dengan skenario RUPTL.
Dari sudut pandang analisis energy security melalui penilaian terhadap tegangan dan losses Jaringan, dari 6 skenario yang diajukan, nilai terbaik dicapai oleh skenario ke-4 yaitu ketika penetrasi Renewable energy sebesar 16% dari total suplai energi primer dengan PLTS mencapai 95% dari keseluruhan Renewable Energy.
Pemilihan alternatif terbaik dari 6 skenario tersebut dilakukan dengan konsep energy Trilemma, yang menggabungkan penilaian (scoring) atas unsur Energy security, Affordability (LCOE), dan Sustainability (Emisi CO2). Dari hasil scoring tiga unsur energi berdasarkan skema trilemma, maka skenario yang menjadi alternatif terbaik adalah skenario ke-6 dimana penetrasi Renewable energy sebesar 18 %, dengan Renewable energy menggunakan PLTS sebesar 75 % dari keseluruhan Renewable energy.
Berdasarkan data Aplikasi EnergyPLAN Aalborg University, dapat dinyatakan bahwa meningkatnya penetrasi Renewable energy mampu menurunkan nilai LCOE atau biaya pokok produksi kelistrikan suatu wilayah pada periode tertentu. Dapat disimpulkan bahwa penetrasi Renewable energy pada sistem berdampak baik pada penurunan biaya pokok produksi kelistrikan yang bisa dikatakan ini adalah sebuah penghematan biaya kelistrikan, dan skenario terbaik dari hasil analisis tim kami adalah skenario ke-6. Selain itu, peningkatan penetrasi Renewable energy yang tepat mampu menurunkan tingkat emisi CO2 pada suatu wilayah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!