Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson Senin kemarin mengumumkan negaranya akan menetapkan kuncitara selama enam minggu. Musababnya, penyebaran varian baru COVID-19 yang sangat menular mengancam untuk membanjiri layanan kesehatan nasional Inggris. Ini merupakan ketiga kalinya Inggris menerapkan lockdown nasional, dan kebijakan kali ini dibuat lebih ketat.
"Kami sekarang memiliki varian baru dari virus, dan itu membuat frustasi sekaligus mengkhawatirkan melihat kecepatan penyebaran varian baru," kata PM Johnson dalam pidato nasional. "Di Inggris, kami harus melakukan penguncian nasional yang cukup tangguh untuk menahan varian ini," ujarnya.
Ini ketiga kalinya Inggris menetapkan penguncian wilayah secara nasional sejak awal Maret, saat awal dimulainya pandemi COVID-19. Setelah itu Inggris kembali menetapkan kuncitara selama empat minggu pada November untuk memutus penyebaran virus yang berasal dari Wuhan China tersebut.
Di bawah kuncitara babak ketiga ini, warga Inggris diberi mandat untuk tinggal di rumah sampai pertengahan Februari. Yang mendapat pengecualian, adalah mereka yang keluar untuk berolahraga, urusan kesehatan, berbelanja kebutuhan dan menghindari kekerasan dalam rumah tangga.
Sementara bagi para pelajar, semua sekolah dan perguruan tinggi akan ditutup dan pembelajaran sepenuhnya akan beralih ke metode jarak jauh. Hal ini berbeda dengan kuncitara babak kedua yang sebagian masih diperbolehkan melakukan pembelajaran campuran.
Para Kepala Petugas Medis Inggris membuat pernyataan  sikap Senin kemarin untuk mendesak PM Johnson agar memindahkan tingkat peringatan COVID-19 Inggris dari level 4 ke level 5. Artinya, ancaman terhadap sistem rumah sakit yang akan kewalahan dalam 21 hari ke depan.
New: UK Chief Medical Officers say nation shd move up to Level 5, highest Covid alert level.
They warn many parts of NHS are "already under immense pressure... Without further action there is a material risk of the NHS in several areas being overwhelmed over the next 21 days" pic.twitter.com/wNRb7rhKEY--- Lucy Fisher (@LOS_Fisher) January 4, 2021
Kebijakan pembatasan nasional ini datang ketika lebih dari 1 juta orang di Inggris telah menerima dosis pertama vaksin COVID-19. Inggris adalah negara pertama yang pertama kali menjalankan vaksinasi dari Pfizer dan AstraZeneca-Oxford untuk penggunaan darurat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H