Warga Indonesia terutama daerah Yogyakarta, Jawa Tengah tentu tak asing dengan isitilah angkringan. Menurut Wikipedia sendiri, angkringan adalah sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Penutup gerobak angkringan biasa ditutupi dengan kain terpal plastik. Makin berubah jaman, makin berubah pula tradisi, budaya, dan aspek lainnya. Baik berubah secara menyeluruh maupun hanya sekedar bercampur dengan budaya luar.
Kini-kini pun muncul istilah angkrigan modern. Lantas bagaimana dengan angkringan yang identik dengan kota Jogja tersebut? Yuk simak perbedaan angkringan jadul Jogja dengan versi modern yang sudah ada sekarang ini. Apakah angkringan modern Jogja masih dapat disebut angkringan? Check it out!
Dari segi menu, sih, tak ada perbedaan, ya. Mulai dari nasi kucingnya, sate-satean, gorengan, minuman sampai berbagai menu unik lainnya baik angkringan jadul maupun angkringan modern pun masih menyediakannya. Hal tersebut memang bergantung tiap angkringan saja. Bahkan yang orang pikir menu yang sudah susah dijual dan hanya tersedia di angkringan jadul pun salah. Justru banyak angkringan modern yang seakan sengaja menjual menu langka tersebut untuk menambah minat para pengunjung. Untuk harga pun tak usah dirisaukan karena pada dasarnya kata angkringan dan Jogja sudah sangat bersahabat dengan kata murah meriah.
Selain itu, ditinjau dari waktu buka dan tutup pun angkringan jadul dan angkringan modern sama saja. Kedua jenis rata-rata buka dari sore pukul 17:00 sampai dengan 24:00. Beberapa di antaranya juga ada yang masih melayani pengunjung hingga dini hari.
Perbedannya, angkringan modern ada yang semi kafe yang mana berarti dapat memuat banyak orang. Lokasi yang dibuat sestrategis mungkin pun membuat angkringan modern sangat diminati kaum remaja yang suka menikmati waktu sore terutama mahasiswa. Sedangkan angkringan jadul yang khas dengan suasana jalanan tersebut hanya dapat memuat pengunjung paling banyak belasan saja.
Berikut beberapa angkringan terkenal pilihan mimin di Jogja. Sudah tahu atau bahkan sudah pernah mengunjunginya, belum? Angkringan tuna rungu?
1. Angkringan Lik Man
Siapa sih, yang tidak tahu angkringan Lik Man / Lek Man? Angkringan yang dikenal dengan sebutan angkringan kopi joss ini sudah ada sejak tahun 1960an, lohh. Dikutip dari idntimes, "Dulu pelanggan angkringan orang dalam stasiun, termasuk karyawan, supir ojek, dan tukang becak. Suatu ketika, ada masinis yang minta dibuatkan kopi klotok. Kopi klotok adalah kopi yang dimasak baru disiram air. Tapi Lik Man gak bisa." "Pelanggan terus tanya 'Lik, bikin apa kok bunyinya jos.' Lama-lama namanya menjadi kopi joss." Oleh karena itu namanya Angkringan Lik Man disebut juga Angkringan Kopi Joss.
2. Angkringan Pak Jabrik
Angkringan Pak Jabrik termasuk salah satu angkringan favorit di Yogyakarta. Angkringan ini juga sering disebut Angkringan KR karena lokasinya berada di depan Kantor Harian Kedaulatan Rakyat (KR). Yang menjadi daya tariknya, angkringan Pak Jabrik berkembang pesat menjadi destinasi wisata. Banyak orang yang menghabiskan waktu gabutnya dengan bersilaturahim di angkringan tersebut.
3. The House of Raminten
The House of Raminten merupakan salah satu rumah makan 24 jam yang berlokasi di Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta. Angkringan semi cafe ini menyediakan beragam menu mulai dari menu angkringan hingga menu-menu yang terdengar unik dan nyentrik. Suasana tradisional Jawa sangat kentara di cafe ini.
4. Angkringan Pendopo Ndalem
Lazimnya, angkringan menggunakan gerobak kayu sebagai tempat berjualan. Namun angkringan yang satu ini mengusung konsep yang berbeda. Sesuai namanya Angkringan Pendopo Ndalem ini menggunakan pendopo rumah Jawa sebagai tempat usaha.
5. Angkringan Madre
Ini nih menurut mimin angkringan terunik. Bagaimana tidak? Angkringan ini memiliki 50 persen pegawainya tuna rungu. Sebab itu angkringan Madre juga tak asing dipanggil Angkringan Tuli. Menu yang ditawarkan di angkringan tuli ini memang tidak jauh beda dengan menu-menu yang ada di angkringan lain. Namun yang menjadi daya tariknya, pengunjung bisa belajar Bahasa isyarat yang diajari langsung oleh teman-teman tuna rungu di sana.
Hayoo.... Pada sudah mengunjunginya, belum? Sudah terbayangkan bagaimana angkringan jadoel dan modern versi kamu? Lantas apa tanggapanmu tentang angkringan modern? Yuk komen di bawah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H