Mohon tunggu...
Ramdan Hamdani
Ramdan Hamdani Mohon Tunggu... Guru, Penulis -

Nama Lengkap : Ramdan Hamdani, S.Pd\r\nPekerjaan : Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Masalah Sosial,\r\nBlog : www.lenteraguru.com\r\nNo Kontak : 085220551655

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Pasundan untuk Nusantara

25 April 2018   09:53 Diperbarui: 25 April 2018   10:12 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aroma persaingan untuk memperebutkan suara rakyat pada Pilpres tahun 2019 mendatang rupanya sudah dapat dirasakan sejak jauh -- jauh hari. Beragam cara dilakukan oleh masing -- masing kubu untuk meyakinkan rakyat Indonesia bahwa merekalah sosok yang layak untuk dipilih menjadi nakhoda selama lima tahun ke depan. Selain menonjolkan keunggulan diri masing -- masing, membuka kelemahan lawan kepada publik pun menjadi bagian dari "ikhtiar" yang mereka lakukan untuk menuju kursi RI 1.

Adapun media sosial menjadi sarana paling utama yang digunakan oleh para pendukung masing -- masing kubu untuk mempromosikan jagoan mereka sekaligus melakukan down grade terhadap tokoh yang diusung oleh kelompok yang berseberangan. Mereka yang menginginkan adanya suksesi kepemimpinan nasional pada Pilpres yang akan dating memasang tagar "2019 Ganti Presiden" dan memviralkannya di media sosial. 

Dalam rentang waktu yang tak terlalu lama, tagar itu pun berkembang menjadi isu nasional yang cukup mengusik ketenangan orang -- orang yang saat ini duduk di pemerintahan. Tagar tandingan pun segera dibuat untuk meng-counter opini yang dimunculkan oleh kelompok oposisi.

Kekecewaan (sebagian) masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Jokowi -- JK merupakan fakta yang tak terbantahkan. Penyesuaian tarif listrik serta harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu lalu memang sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat luas. Selain itu menumpuknya utang luar negeri pun menjadi catatan tersendiri bagi pemerintahan Jokowi -- JK mengingat pasangan ini pernah berjanji untuk membatasi jumlah utang luar negeri pada masa kampanye Pilpres tahun 2014 lalu.

Selain persoalan ekonomi, berbagai kasus korupsi yang (diduga) melibatkan orang -- orang di sekitar lingkaran istana serta para politikus dari partai penguasa pun menjadi beban moral bagi Presiden Joko Widodo yang akan mencalonkan diri untuk kedua kalinya. Kasus korupsi E-KTP yang menyeret nama -- nama besar kian melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan Presiden Joko Widodo dalam menghadirkan wajah -- wajah berintegritas dan memiliki kapabilitas di jajaran kabinetnya.

Namun demikian, hal ini tidak secara otomatis akan meningkatkan elektabilitas Prabowo Subianto sebagai tokoh yang selama ini dianggap sebagai penantang terkuat calon petahana. Sebagian masyarakat justru menginginkan wajah baru yang telah teruji integritas dan kapabilitasnya dalam menjalankan roda pemerintahan. Selain itu dorongan masyarakat agar pemimpin nasional berasal dari putra daerah pun semakin hari kian tak terbendunng.

Adapun  munculnya nama Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan diyakini mampu memenuhi ekpspektasi masyarakat akan hadirnya seorang pemimpin yang jujur dan amanah di masa yang akan datang. Dibawah kepemimpinannya Jawa Barat berkembang pesat menjadi daerah yang menawarkan berjuta potensi sehingga dinobatkan sebagai provinsi dengan kinerja terbaik se - Indonesia dua kali  berturut -- turut. Ratusan penghargaan dari dalam dan luar negeri berhasil diraih oleh pria yang akrab disapa Kang Aher itu. Tak heran apabila Jawa Barat pun dijadikan "kiblat" oleh daerah -- daerah lainnya dalam mengelola pemerintahannya.

Menjelang berakhirnya masa jabatan keduanya, Aher pun didorong untuk maju pada bursa capres pada tahun 2019 mendatang. Dukungan dari berbagai kalangan pun terus mengalir seiring kian dekatnya waktu pendaftaran calon presiden. Sebagai pituin sunda dengan segudang prestasi, Aher dianggap mampu membawa Indonesia sejajar dengan bangsa -- bangsa lainnya di dunia.

Dukungan yang diberikan oleh masyarakat Jawa Barat kepada Ahmad Heryawan memang bukan tanpa alasan. Sebagai daerah dengan jumlah penduduk paling banyak, tidak selayaknya warga Jabar kembali berperan sebagai penonton dan hanya dijadikan lumbung suara oleh pihak lain. 

Prestasi gemilang yang berhasil diraih Aher selama sepuluh tahun memimpin Jawa Barat, dipandang mampu dijadikan modal politik untuk maju sebagai pemimpin nasional yang akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Namun demikian, beratnya syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mencalonkan diri sebagai presiden membuat Aher harus bersikap realistis. Dengan jumlah kursi yang seadanya, Aher yang merupakan kader PKS harus menjalin koalisi dengan partai lain.

Pada dasarnya ada dua skenario yang dapat diambil oleh Aher untuk memuluskan langkahnya menuju kursi RI 1. Pertama, berupaya semaksimal mungkin untuk membangun poros ketiga. Wacana hadirnya poros ketiga memang kian meyeruak akhir -- akhir ini. Hal tersebut dipicu oleh aspirasi (sebagian) masyarakat akan hadirnya wajah baru yang diharapkan mampu membawa bangsa ini bangkit dari keterpurukan. Adapun munculnya Aher di kancah politik nasional dipercaya akan memberikan warna baru bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Masyarakat akan memiliki lebih banyak pilihan untuk menentukan calon -- calon pemimpin terbaik yang layak untuk dipilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun