Pikiran saya terlempar kembali ke masa kecil saya, dimana begitu banyak acara-acara televisi yang (bagi saya) amat sangat berkualitas. Saya dulu termasuk anak-anak yang sangat suka menghabiskan waktu di depan televisi. Adalah suatu hal yang berat jika saya diharuskan meninggalkan ruangan tempat televisi saya berada, bahkan hanya untuk sebentar saja. Bagi saya, acara-acara layar kaca Indonesia benar-benar membantu saya berkembang menjadi pribadi yang keren seperti sekarang. Imajinasi dan kreativitas saya dalam belajar dan bekerja benar-benar terpupuk oleh acara-acara televisi tersebut. Banyak kuis-kuis yang bagus dan menambah pengetahuan umum saya. Acara pendidikan anak seperti Dodo's come back, membantu saya supaya mencintai lingkungan. Acara kartun pun bervariasi. Saya merasa dimanjakan oleh acara-acara tersebut.
Pikiran saya akhirnya kembali ke realita, acara pertelevisian di masa kini. Entah kenapa saya akhir-akhir ini malas menonton TV karena menurut saya acaranya tidak sebagus dulu. Memang masih ada yang bagus, tapi bagi saya masih belum berimbang jika dibandingkan dengan yang tidak berkualitas. Bahkan akhir-akhir ini sepertinya sedang ada trend pernikahan yang disiarkan langsung di televisi, pun kelahiran. Apa sebenarnya esensi dari acara tersebut? Valuenya apa? Saya tidak heran jika anak-anak sekarang jadi tereh beger, soalnya mereka dijejali dengan cinta, pernikahan, gosip, sinetron, dll. Saya juga tidak heran kenapa acara televisi Indonesia tidak ada yang menang di acara yang saya lupa namanya.
Sebenarnya sudah banyak kritik dari orang-orang mengenai acara pertelevisian sekarang. Namun, entah kenapa sepertinya tidak ada perubahan signifikan. Suara-suara kritik sepertinya tidak didengar dan mungkin tidak lebih berharga dari gonggongan anjing. Dan yang paling miris, banyak orang yang berkomentar "Kalo tidak suka, ganti saja channelnya". Pernyataan ini juga dilontarkan oleh salah satu anggota DPR yang terhormat. Bagi saya, pernyataan seperti itu sangatlah menunjukkan ketidakpedulian.
Ada alasan kenapa pernyataan "Ganti saja channelnya" menunjukkan bahwa mereka orang yang tidak peduli. Pertama, mereka tidak sadar bahwa yang sedang digunakan adalah frekuensi publik yang notabene memiliki hak untuk mendapatkan layanan bermutu. Kedua, mereka tidak tidak peduli bahwa di beberapa tempat di Indonesia, tidak semua channel dapat tertangkap. Mungkin hanya ada satu channel saja dan mereka tidak punya pilihan lain sehingga harus menonton acara tersebut. Ketiga, siapa mereka sehingga mereka bisa "memaksa" orang untuk mengganti channel? Bukankah kewajiban bagi pemilik stasiun televisi untuk memberikan acara mendidik bagi masyarakat?
Begitu saja unek-unek dari saya. Boleh saja orang tidak setuju dengan tulisan saya, tapi saya tidak akan menyuruh mereka untuk membaca tulisan lain :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H