Sebaiknya Sandiaga Uno  tidak menguras energinya habis-habisan dalam perhelatan pilpres 2019 ini, sebab medan tempur sesungguhnya untuk dia adalah pada pilpres 2024.
Sandiaga yang kelahiran 1969, saat ini berusia 49 tahun. Dalam usia politik, dia terlihat belum matang menjadi kandidat seorang cawapres. Memang tidak ada batasan umur secara fisik maupun psikis, walaupun UU mengatur minimal 40 tahun.
Tapi kalau melihat perjalanan karirnya di dunia politik dan perilakunya sehari-hari, masih sangat muda. Begitu juga di eksekutif belum memperlihatkan hasil kerja yang bisa meyakinkan masyarakat bahwa dia adalah 'pilihan' mereka.Â
Tidak ada hal menonjol yang bisa dilakukan dari sekitar setahun menjadi wakil gubernur di DKI Jakarta. Apalagi 'cuma' menjadi orang nomor dua di hirarki pemerintah daerah.
Belum lagi program-program yang dijanjikan saat kampanye Pilgub, tidak ada satupun yang sudah memperlihatkan hasil. Misalnya program rumah DP 0% yang belum ada wujudnya.
Begitu pula program andalannya bernama Oke Oce yang ternyata rontok di tengah persaingan. Gerai tokonya tutup dan hanya menjadi seperti gudang barang-barang yang tidak terjual.
Itu sekarang manjadi catatan masyarakat untuk tidak memihak kepadanya saat Pilpres. Artinya kemungkinan kalah lebih besar, walaupun ada sedikit peluang untuk menang. Catatan dari sejumlah hasil survei memperlihatkan  hal tersebut.
Berbeda dengan Jokowi, saat menjadi gubernur DKI Jakarta menyajikan sejumlah keberhasilan dan sangat 'media darling'. Hal itu kemudian menjadi tiket yang sangat bagus membawanya ke panggung pilpres pada 2014. Dan menang.
Lawan Prabowo-Sandiaga Uno saat ini sangat tangguh. Joko Widodo telah berhasil membangun infrastruktur dengan cakupan yang sangat luas, dan bisa langsung dirasakan oleh masyarakat banyak. Seperti pembangunan jalan tol di sepanjang pulau Jawa dan beberapa ruas di Sumatera, pembangunan jalan baru di sejumlah daerah, pembangunan pelabuhan udara, dan pelabuhan laut yang memperlancar perjalanan orang dan barang. Sebagian masyarakat merasakan hasil pembangunan tersebut di Mudik 2018 yang baru berlalu.
Belum lagi waduk yang dibangun dimana-mana, perbaikan dan pembangunan saluran irigasi. Hal itu semua membuat sebagian besar masyarakat tetap memilih Jokowi dalam pilpres kali ini. Jokowi tampil menjadi kandidat pertahanan yang nyaris tanpa cacat cela.
Sementara sang pendamping, KH. Doktor Ma'ruf Amin mempunyai pengaruh yang sangat besar di kalangan tokoh agama dan masyarakat. Sebagai petinggi NU dan MUI, tentu dia  muncul sebagai sosok yang sangat dihargai.
Pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf adalah pasangan yang saling melengkapi yang sangat kuat. Artinya sangat sulit dikalahkan. Entahlah bila kemudian ada keajaiban.
Tetapi mengandalkan keajaiban adalah upaya setengah gila. Karena itu, sebaiknya Sandiaga Uno tidak terlalu mengerahkan segala daya upayanya dalam pertarungannya kali ini, karena akan menguras energi habis-habisan dan hasilnya, mungkin sebuah kekalahan.
Sebaiknya Sandiaga Uno menyimpan energinya untuk pilpres 2024. Karena itulah medan tempur sesungguhnya buat dia, karena tidak ada lagi lawan tangguh seperti Jokowi saat ini.
Pada 2024 nanti, usia Sandiaga Uno adalah 55 tahun. Usia yang sangat dewasa untuk menjadi seorang capres. Saat itu mungkin dia tidak lagi mengeluarkan jurus bangau, tidak lagi mengenakan celana olahraga yang bagian depannya tampak menonjol, kalimat-kalimat yang dia ucapkan menjadi lebih tertata. Yang semuanya tidak lagi menjadi bahan bullying.
Pada 2024 nanti, lawan atau partner Sandiaga Uno yang mulai terlihat saat ini adalah Anies Baswedan, Ridwal Kamil, Ganjar Pranowo, Romahurmuziy, Muhaimin Iskandar, dan Agus Harimurti Yudhoyono. Mungkin ke depan akan muncul banyak lagi.Â
Oleh: Ramayanti Alfian Rusid S.Psi, MM.Kom
*Penulis, pengamat sosial politik dan parapsikologi, tinggal di Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H