Dalam program NawaCita jilid dua, sebaiknya tidak ada lagi sekolah berbayar, mulai dari SD sampai sekolah tinggi. Tidak ada lagi bisnis dalam dunia pendidikan. Biaya pendidikan harus benar-benar nol persen. Kaya-miskin harus sama dalam menempuh pendidikan. Tidak ada lagi sistem biaya silang dari si kaya untuk si miskin, karena hal itu menimbulkan bisnis terselubung di dunia pendidikan.
Bahkan bila perlu, dibikin aturan, anak-anak yang berkeliaran di jam-jam sekolah, orangtuanya harus bertanggung-jawab.
Selama ini Indonesia termasuk negara yang mengabaikan kualitas pendidikan. Terkait hal itu, sebuah survei  membuktikan ,Korea Selatan menempati peringkat pertama sebagai negara dengan sistem pendidikan global terbaik versi Pearson, sementara Indonesia menempati urutan bawah.
Dalam survei yang dilakukan oleh lembaga edukasi dan perusahaan penerbitan Pearson, ada empat negara Asia yang menempati urutan atas.
Selain Korsel, ada pula Jepang, Singapura, dan Hong Kong yang berturut-turut berada di posisi dua, tiga dan empat.
Kepala Eksekutif Pearson, John Fallon, menekankan adanya hubungan yang kuat antara meningkatkan keahlian dan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Riset pendidikan internasional 2014 yang dibuat untuk Pearson oleh Economist Intelligence Unit, menekankan kesuksesan sistem pendidikan Asia seperti di Korea Selatan, Singapura, dan Jepang yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi mereka.
Dengan siapnya manpower secara sempurna, maka diharapkan kepada investor, saat melakukan investasi di sini, hanya membawa 'kopor', tidak perlu lagi memboyong tenaga kerja dari negara asalnya.
Biaya membangun kualitas manusia memang mahal. Tapi hal itu harus kita lakukan agar kita bisa setara dengan negara maju lainnya. Sudah saatnya manusia kita bangkit dengan kualitas yang siap bekerja di segala sektor. "Kerja..kerja...kerja..," kata Jokowi. Tentunya dengan tenaga kerja yang berkualitas. Maju Indonesiaku.
*Penulis, pengamat sosial politik, tinggal di Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H