Mohon tunggu...
Rama Yanti
Rama Yanti Mohon Tunggu... Human Resources - Profesional dan penulis

Perduli terhadap kemanusiaan. Selalu ingin berbuat baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nawacita Jilid Dua Sebaiknya Genjot Pembangunan Manusia

12 Agustus 2018   15:52 Diperbarui: 12 Agustus 2018   16:23 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh Ramayanti Alfian Rusid ,S.Psi., MM.Kom

Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan sebuah negara ditentukan oleh kualitas manusia. Dan kualitas manusia ditentukan oleh pendidikan dan pengetahuan. Sayangnya, hal itu umumnya hanya bisa kita dapatkan dengan biaya mahal.

Kemajuan negara, kualitas manusia, pendidikan dan kemampuan itu saling kait satu sama lain, sehingga yang miskin umumnya tetap miskin, dan hanya mereka yang memiliki kemampuan yang cukup yang bisa memperbaiki kualitas dirinya. 

Sayangnya jumlah yang bisa memperbaiki diri lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang tidak mampu.

Berkaca dari hal tersebut, sebaiknya NawaCita jilid dua lebih konsentrasi kepada pembangunan manpower. Bila NawaCita jilid satu  membangun infrastruktur secara sangat luar biasa, yang bertujuan untuk lebih mempercepat pergerakan ekonomi daerah, ekonomi perkotaan dan berujung pada ekonomi nasional.

Gelegar pembangunan infrastruktur yang begitu masif, merata di semua tempat, dari kota sampai pedesaan, dari pulau terdalam sampai pulau terluar, dari pusat kota sampai pedalaman, tidak bisa kita lakukan oleh kemampuan tenaga kerja kita sendiri, yang memang skillnya tidak kita persiapkan untuk menyongsong pembangunan infrastruktur yang begitu luar biasa.

Hal itu kemudian dimanfaatkan oleh lawan politik pemerintah yang menyebutkan, bahwa lapangan kerja di negara kita dikuasai oleh tenaga kerja asing. 

Dalam laporan pemerintahan daerah dan penelusuran kementerian tenaga kerja, hal itu tidaklah benar. Diketahui bahwa tenaga kerja asing hanya 10 % dari jumlah tenaga kerja lokal.

Celakanya, jumlah 10% itu menjadi sangat banyak, bila  jumlah pekerja di suatu kawasan memang banyak. Misalnya salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik mempekerjakan 1000 orang, maka tenaga kerja asingnya 100 orang. Bila kemudian hal itu diperbandingkan dengan jumlah tenaga kerja di tempat lain yang hanya mempekerjakan 100 orang, maka jumlah tenaga kerja asing sama dengan jumlah mereka yang bekerja di tempat lain itu.

Hal itu kemudian sulit dijelaskan secara logika dan benar-benar masuk akal kepada mereka yang memang tidak berpendidikan. Sementara di medsos, memang sengaja digoreng sedemikian rupa oleh pihak tertentu, bahkan dilengkapi foto dan video.

Bagaimana mengatasi itu? Satu-satunya cara adalah dengan pembangunan manpower. Menyiapkan  tenaga kerja yang berpendidikan dengan skill yang benar-benar sesuai dengan bidangnya.

Tidak bisa mengharapkan kepada masyarakat untuk memperbaiki sendiri kualitas pendidikan dan kualitas skillnya. Harus datang dari pemerintah. Seperti halnya membangun infrastruktur yang jor-joran dengan dana tak 'terhingga', pembangunan manusia juga harus dilakukan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun