Ekspedisi Andalas yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial Masyarakat BEM KM UNAND baru saja menyelesaikan agenda pengabdian di Jorong Sitabu, Nagari Bahoras, Kecamatan Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat. Agenda tersebut terhitung mulai dari keberangkatan pada Rabu, 10 Juli 2024 hingga kepulangan pada Minggu, 21 Juli 2024.
Agenda dengan tema "Eksplorasi Bumi Bahoras Untuk Menjelajahi Budaya Anak Nagari" tersebut sukses mendapat antusias dari seluruh kalangan masyarakat Sitabu. Dimana kegiatan tersebut fokus pada 5 bidang yaitu pendidikan, ekonomi kreatif, lingkungan, kesehatan, dan sosial budaya.Â
Dalam bidang ekonomi kreatif, panitia menjelaskan dan memperkenalkan beberapa alternatif perekonomian bagi masyarakat Sitabu, seperti ecobrik, biobriket, dan ecoprint.Â
Yahnijah Panggabean selaku penanggungjawab bidang ekonomi kreatif menjelaskan betapa pentingnya agenda tersebut diangkat.Â
"Kami berharap kekreatifan masyarakat Sitabu dapat dijadikan ekonomi sampingan, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat," ungkapnya.Â
Pertama, ecobrik dilakukan dengan pengelolaan kembali sampah plastik menjadi karya seni sehingga memiliki daya tarik. Panitia memanfaatkan sampah plastik masyarakat dengan tujuan mengurangi limbah plastik di Sitabu. Proses pembuatan ecobrik dimulai dari mengumpulkan sampah plastik, memotong sampah, memasukkan sampah ke dalam botol dan dipadatkan, lalu dirangkai menjadi tulisan yg diinginkan. Menariknya dalam pembuatan ecobrik, panitia juga dibantu masyarakat dan anak-anak. Tak lupa pula pemuda yang ikut membantu dalam merangkai hasil ecobrik tersebut menjadi tulisan "Sitabu" pada Kamis, 18 Juli 2024.
Yahnijah ikut menjelaskan terkait pemanfaatan sampah plastik tersebut. "Pembuatan ecobrik bisa dilakukan oleh semua kalangan masyarakat, dapat mengedukasi tentang bahaya sampah plastik, dan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat."
Kedua, pengenalan biobriket kepada seluruh kalangan masyarakat yang dilaksanakan pada Kamis, 18 Juli 2024. Biobriket merupakan pemanfaatan limbah kulit pinang yang biasanya dibuang oleh masyarakat. Kulit pinang di jemur sampai kering, lalu dibakar hingga menjadi abu hitam, dan kemudian ditumbuk sampai halus. Abu yang sudah halus tersebut ditambahkan tepung tapioka yg sudah dijadikan lem (dengan cara direbus) dan diaduk hingga tercampur rata. Terakhir cetak campuran tersebut menggunakan cetakan buatan dari paralon yang dipotong kecil dan jemur hasil cetakan tersebut. Biobriket tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar/arang instant yang dapat dijual serta mengurangi limbah kulit pinang.
"Pinang merupakan salah satu SDA sitabu, kebetulan harga pinang mengalami penurunan, jadi kita bisa memberdayakan kulit pinang yang biasanya dibuang menjadi biobriket," ungkap Yahnijah pada Kamis, 18 Juli 2024.
Ketiga, ecoprint/ecoprinting yang diselenggarakan bersamaan dengan lomba kuliner lokal pada Jumat, 19 Juli 2024. Pembuatan ekoprinting ini melibatkan ibu-ibu PKK Sitabu. Perlu diketahui, ecoprinting merupakan pembuatan lukisan dari warna alami berupa sari daun atau bunga yang dicetak diatas kain. Pembuatannya dilakukan dengan mengeluarkan sari-sari daun dan bunga dengan cara memukul-memukul pelan menggunakan palu. Hasil ecoprinting tersebut dapat dijual dan dijadikan sumber ekonomi kreatif bagi masyarakat.Â
Yahnijah juga ikut melontarkan pendapatnya terkait ekoprinting tersebut. "Ekoprinting merupakan salah satu seni yang sudah lama kita kenal, dan ibu-ibu disini juga excited dalam mencoba ecoprinting ini, apalagi dengan bahan yang murah bisa menghasilkan karya seni yang bagus, sehingga bisa menjadi ekonomi sampingan masyarakat," ungkapnya pada Jumat, 19 Juli 2024.
Ketiga agenda ekonomi kreatif tersebut sukses terselenggara dengan harapan dapat dijadikan ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat Sitabu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H