Mohon tunggu...
Ketut Rama Withadarma
Ketut Rama Withadarma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Ilmu Politik Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tiket Pesawat Mahal, Rakyat Dicekoki Alasan oleh Menteri-Nya, Kok Gitu Sih?

3 Mei 2024   18:13 Diperbarui: 3 Mei 2024   18:17 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan kok tidak keliatan seakan "haha hihi"? 

Mahalnya tiket pesawat ini sangat tersoroti di masa periode Lebaran 2024, padahal mahalnya tiket pesawat ini sudah berlangsung lama dan tidak hanya terjadi di peak season saja. Alasan suply and demand ini seakan omong kosong saja. Faktanya ketika low season pun harga tiket pesawat mahal. 

Adanya pemberlakuan TBA dan TBB juga tidak direview oleh para pemangku kebijakan. Solusi yang dipertontonkan hanyalah koordinasi-koordinasi saja. Perlu diketahui bahwa jika harga bahan bakar avtur mahal, lantas mengapa penerbangan luar negeri bisa murah? Bukankah terdampak juga? 

Kemudian kenapa maskapai internasional dapat memberikan diskon penerbangan sedangkan maskapai domestik tidak? Bukankah bisa dilakukan diskon juga karena suply yang tinggi? Atau justru mau ambil untung sebesar-besarnya? Alasan-alasan ini seharusnya tidaklah dapat kita terima begitu saja karena ada permasalahan krusial dalam pengambilan kebijakan. 

IWPU dan PJP2U 

IWPU singkatnya adalah luran Wajib Pesawat Udara, dan (PJP2U) tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara. Kedua hal inilah yang turut menyumbang mengapa mahalnya tiket pesawat domestik lebih mahal dari internasional. Namun apakah kedua hal ini sering diungkapkan oleh para Menteri kita? Nampaknya tidak. 

Seharusnya para Menteri terbuka untuk solusi yang ingin diupayakan, tidak hanya memberikan statement tanpa solusi. Para Menteri ini seharusnya bisa mengambil kebijakan progresif, sudah seharusnya permasalahan ini ditanggulangi namun mengapa tidak? Masyarakat sudah muak dengan dicekoki alasan-alasan tidak masuk akal dari para Menterinya tanpa solusi berarti selama berbulan-bulan.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun