Ada banyak hal yang bisa dilakukan kok tidak keliatan seakan "haha hihi"?Â
Mahalnya tiket pesawat ini sangat tersoroti di masa periode Lebaran 2024, padahal mahalnya tiket pesawat ini sudah berlangsung lama dan tidak hanya terjadi di peak season saja. Alasan suply and demand ini seakan omong kosong saja. Faktanya ketika low season pun harga tiket pesawat mahal.Â
Adanya pemberlakuan TBA dan TBB juga tidak direview oleh para pemangku kebijakan. Solusi yang dipertontonkan hanyalah koordinasi-koordinasi saja. Perlu diketahui bahwa jika harga bahan bakar avtur mahal, lantas mengapa penerbangan luar negeri bisa murah? Bukankah terdampak juga?Â
Kemudian kenapa maskapai internasional dapat memberikan diskon penerbangan sedangkan maskapai domestik tidak? Bukankah bisa dilakukan diskon juga karena suply yang tinggi? Atau justru mau ambil untung sebesar-besarnya? Alasan-alasan ini seharusnya tidaklah dapat kita terima begitu saja karena ada permasalahan krusial dalam pengambilan kebijakan.Â
IWPU dan PJP2UÂ
IWPU singkatnya adalah luran Wajib Pesawat Udara, dan (PJP2U) tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara. Kedua hal inilah yang turut menyumbang mengapa mahalnya tiket pesawat domestik lebih mahal dari internasional. Namun apakah kedua hal ini sering diungkapkan oleh para Menteri kita? Nampaknya tidak.Â
Seharusnya para Menteri terbuka untuk solusi yang ingin diupayakan, tidak hanya memberikan statement tanpa solusi. Para Menteri ini seharusnya bisa mengambil kebijakan progresif, sudah seharusnya permasalahan ini ditanggulangi namun mengapa tidak? Masyarakat sudah muak dengan dicekoki alasan-alasan tidak masuk akal dari para Menterinya tanpa solusi berarti selama berbulan-bulan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H