Mohon tunggu...
Rama Nugraha
Rama Nugraha Mohon Tunggu... -

Corporate Leadership Coach and CEO of Insight Power

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemimpin, Berhentilah Menyibukkan Diri Anda Sendiri!

13 Juli 2012   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:00 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam sebuah sesi coaching di perusahaan milik negeri matahari, saya pernah bertanya kepada salah satu coachee yang menduduki posisi sebagai GM Operasional : "Pak, mengapa dalam setiap sesi-sesi coaching kita, anda sering terlihat lelah? Apakah beban kerja melebihi kapasitas yang sanggup anda tanggung? Atau mungkin bawahan anda jumlahnya kurang untuk menjalankan tugas anda secara produktif?"

Lalu inilah curahan hati yang beliau keluarkan : "Begini pak Rama, ini jugalah yang ingin saya diskusikan dengan bapak saat ini. Sebenarnya saya memiliki bawahan yang cukup dalam menjalankan tugas-tugas saya, namun menurut saya, ada sebagian dari mereka yang saya rasa kurang kompeten, jadi mau tidak mau saya sering langsung turun tangan ke lapangan untuk mempercepat produktivitas yang dibutuhkan. Inilah yang terkadang membuat saya kelelahan, karena lama-kelamaan ini jadi seperti rutinitas harian saya. Meskipun saya sadar ini salah, namun ini tetap harus dilakukan untuk memenuhi target yang direncanakan oleh perusahaan. So, what should I do Pak?"

Bila menilik kondisi di atas, ada 2 hipotesa yang terbersit dalam pemikiran saya tentang apa yang sedang terjadi :

1. Memang sebagian bawahan yang dipimpin coachee saya ini kurang kompeten

Bila hal ini yang terjadi, maka dengan turun tangan langsung secara terus-menerus bukanlah jawaban yang anda cari. Bila anda memiliki bawahan yang less-competent, yang dapat anda lakukan adalah melatih bawahan anda untuk menjadi sekompeten yang anda inginkan atau butuhkan. Bukankah tugas utama seorang pemimpin adalah meningkatkan kompetensi bawahan yang dipimpinnya sehingga mereka mampu mengerjakan tugas yang di amanahkan dengan lebih produktif lagi? Jadilah mentor bagi mereka, biarkan mereka melakukan kesalahan, ajari dengan sabar apa-apa yang mereka butuhkan untuk mengerjakan tugas yang anda berikan, guide mereka, kontrol pekerjaan mereka secara intens, bahkan bila dibutuhkan, tugaskan mereka untuk mengikuti pelatihan atau seminar yang berhubungan dengan tugas-tugas mereka, sehingga pada akhirnya mereka kompeten untuk menjawab tantangan kerja yang anda berikan.

Bila perilaku kepemimpinan di atas sudah anda lakukan dan pada akhirnya anda tetap sibuk mengerjakan pekerjaan bawahan anda, maka mungkin sudah waktunya anda mencari bawahan baru untuk menggantikan bawahan lama anda yang dapat mmudahkan tugas-tugas kerja anda. Apakah ini kejam? Justru apabila hal ini anda lakukan, anda sedang menolong bawahan anda. Mungkin saja pekerjaan yang bawahan anda lakukan saat ini bukanlah pekerjaan yang cocok bagi mereka.

2. Bawahan tidak sekompeten yang diharapkan atasan

Ini fenomena kedua yang masih sering saya temui dalam kepemimpinan organisasi. Atasan menginginkan bawahan memahami apa yang ia inginkan, bisa melakukan apa yang atasan bisa lakukan, sekompeten yang diinginkan atasan, dan bahasa-bahasa lainnya namun mengandung arti yang sama. Pertanyaan yang biasa saya ajukan kepada tipikal pemimpin ini adalah : "Apakah penghasilan, tunjangan, wewenang, dan jabatan anda di dalam organisasi sama dengan bawahan anda?" Dinamika seperti ini terjadi karena seorang atasan mulai berpikir dan melihat dengan menggunakan kacamata kemampuan dirinya sendiri. Atasan seperti ini berpikir bahwa kalau dirinya bisa melakukan, berarti seharusnya bawahannya pun bisa melakukannya. Bahasa-bahasa umum yang keluar sebagai identifikasi pemimpin jenis ini adalah : "Masak tugas semudah ini saja anda tidak bisa? Saya dengan melihat sebentar saja langsung bisa mengetahui bagaimana cara menyelesaikannya!"

Kabar buruknya disini adalah bawahan anda bukanlah diri anda dan anda bukanlah bawahan anda. Kalau bawahan anda sehebat anda, pastilah mereka sudah menduduki posisi anda saat ini. "So, what should I do?" Mungkin inilah pertanyaan yang selanjutnya ada di pikiran anda. Maka jawabannya adalah : "Berhentilah membanding-bandingkan kemampuan anda dengan bawahan anda, beri kesempatan kepada bawahan anda untuk melakukan tugasnya semampu yang mereka mampu, lalu bersabarlah dalam mendidik serta membenahi kesalahan-kesalahan yang mereka buat dalam proses mereka untuk belajar dalam rangka memiliki kompetensi sebaik anda".

Kepemimpinan itu selain sains juga mengandung seni dalam penerapannya dan dua hal penting dalam seni kepemimpinan untuk menghasilkan bawahan kompeten yang akan memudahkan pekerjaan anda dan yang pada nantinya akan menggantikan posisi anda adalah pertama, kepercayaan anda untuk memberikan tugas kepada bawahan meskipun mereka belum mampu mengerjakan tugas yang anda berikan 100% sesuai keinginan anda. Disinilah fungsi anda untuk melatih dan mengembangkan kompetensi mereka. Kedua, kesabaran anda untuk mentoleransi kesalahan yang pasti bawahan anda akan lakukan dalam proses mengembangkan diri mereka menjadi lebih kompeten.

Jadi saat ini pilihannya ada di tangan anda. Apakah anda akan tetap menyibukkan diri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang di amanahkan kepada anda untuk menyelamatkan kepentingan anda saat ini ataukah mulai belajar untuk menerapkan nilai-nilai dan seni kepemimpinan melalui keberanian dalam memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengerjakan tugas-tugasnya lalu mengontrol dan melatih kompetensi bawahan sebagai salah satu tugas kepemimpinan sehari-hari anda untuk menyelamatkan kondisi anda di masa depan dan menghasilkan bawahan-bawahan yang kompeten seperti yang anda inginkan?

Rama S. Nugraha. Corporate Leadership Coach dan pengarang buku bestseller "Jangan jadi PEMIMPIN sebelum BACA BUKU INI!". Chief Executive Officer dari INSIGHT Power yang telah membantu banyak organisasi untuk meningkatkan produktivitas kepemimpinan dan membangun budaya kerja optimal. Bila ada pertanyaan, silahkan menghubungi insightpower@ymail.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun