3. Menghadapi Tantangan Ateisme: Banyak argumen ateis berfokus pada masalah kejahatan sebagai bukti ketidakberadaan Tuhan. Dengan memberikan penjelasan yang rasional dan konsisten mengenai keberadaan kejahatan dalam konteks teodesi, para teolog dapat menghadapi tantangan ini dan memperkuat posisi teistik mereka.
4. Mendorong Refleksi Spiritual: Diskursus tentang kejahatan juga mendorong refleksi spiritual di kalangan penganut agama. Ketika individu menghadapi kesulitan atau penderitaan, mereka didorong untuk merenungkan makna dari pengalaman tersebut dan mencari cara untuk tumbuh secara spiritual melalui ujian tersebut.
Bagaimana Diskursus Kejahatan Berkembang dalam Pemikiran Teodesi? (How)
Diskursus kejahatan dalam pemikiran teodesi merupakan tema yang penting dan kompleks dalam filsafat agama. Teodesi berusaha menjelaskan bagaimana Tuhan yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Tahu dapat berkoeksistensi dengan realitas kejahatan dan penderitaan yang ada di dunia. Dalam konteks ini, kita akan membahas bagaimana diskursus kejahatan telah berkembang melalui berbagai pendekatan filosofis dan teologis, serta argumen-argumen yang muncul untuk menjawab tantangan ini.
Diskursus mengenai kejahatan dalam konteks teodesi telah berkembang melalui berbagai pendekatan filosofis dan teologis. Berikut adalah beberapa cara utama bagaimana diskursus ini berkembang:
 1. Kebebasan Manusia Sebagai Penjelasan Utama
Salah satu argumen paling umum dalam teodesi adalah bahwa keberadaan kejahatan dapat dijelaskan melalui kebebasan manusia. Dalam pandangan ini, Tuhan memberikan manusia kehendak bebas untuk memilih antara kebaikan dan keburukan. Kebebasan ini dianggap sebagai hadiah dari Tuhan yang memungkinkan manusia untuk mencintai-Nya secara tulus.
Namun, kebebasan juga membawa risiko; manusia dapat memilih untuk melakukan tindakan jahat atau merugikan orang lain. Dengan demikian, meskipun Tuhan adalah sumber kebaikan, keberadaan kejahatan di dunia adalah hasil dari pilihan buruk yang dibuat oleh manusia.
 2. Kejahatan Sebagai Konsekuensi dari Kehendak Bebas
Dalam konteks ini, beberapa pemikir berpendapat bahwa tanpa adanya kemungkinan untuk memilih jahat, pilihan untuk melakukan kebaikan tidak akan memiliki makna. Oleh karena itu, keberadaan kejahatan diperlukan agar manusia dapat benar-benar mengalami kebaikan dan mencapainya secara sadar.
Thomas Aquinas merupakan salah satu tokoh utama yang mengembangkan pandangan ini dengan menekankan pentingnya kehendak bebas dalam hubungan antara manusia dan Tuhan. Ia berargumen bahwa meskipun Tuhan mengetahui segala sesuatu---termasuk pilihan buruk manusia---Dia tetap memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk memilih jalannya sendiri.