"Kepo" adalah istilah yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Kepo merupakan bahasa gaul yang sering dilontarkan oleh generasi milenial ataupun generasi Z. Istilah ini kerapkali digunakan untuk berinteraksi dalam percakapan sehari-hari.
Dari literatur yang saya baca, kepo adalah singkatan dalam bahasa Inggris, yaitu 'Knowing every particular object' yang artinya mengetahui setiap objek tertentu.
Selain itu, Kepo juga serapan dari bahasa Singlish (Singaporean-english). Kata kepo berasal dari bahasa keypoh yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Arti keypoh yaitu berarti ingin mencampuri urusan orang lain. Ia juga memiliki rasa penasaran yang lebih dan ingin tahu dalam segala hal.
Yang menjadi pertanyaan apakah kepo bisa dikatakan seorang filsuf? Karena ada sebuah pernyataan yang disampaikan di dalam bukunya Dunia Sophie Novel Grafis Filsafat bahwa sifat terpenting seorang filsuf adalah rasa ingin tahu.
Begini tum. Menurut hemat saya, jika disandingkan antara kepo dengan rasa ingin tahu seorang filsuf jelas berbeda.
Rasa ingin tahu seorang filsuf adalah menanyakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, misalnya, siapa sih diri kita ? Kenapa kita bisa hidup di muka bumi ? Bagaimana diri kita bisa sampai di bumi ? Apa tujuan kita dilahirkan?.
Selain dari pertanyaan-pertanyaan filosofis tersebut, tidak bisa dikatakan pertanyaan filsuf, apalagi kalau sampe menanyakan ke ranah-ranah privasi.
"Bagaimana hubungan kamu dengan suami kamu"
"Pernah ngelakuin apa aja sama pacar"
"Ada masalah apa dengan keluarga?"
"Btw, pernah kesurupan?"
Gak bahaya tak menanyakan hal-hal seperti itu. Oh iya. Untuk menjadi seorang filsuf pun seperti yang disampaikan dalam buku tersebut. Bisa dilakukan dengan bertanya pada diri sendiri.