Mohon tunggu...
Rama Guna Wibawa
Rama Guna Wibawa Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis terus sampe lupa caranya berhenti, kecuali adzan, makan dan Bucin

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Isalam Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kepo Tidak Menjadikanmu Seorang Filsuf!

4 Oktober 2023   11:59 Diperbarui: 4 Oktober 2023   12:03 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang sedang ngobrol. Sumber foto: hatiplong.

"Kepo" adalah istilah yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Kepo merupakan bahasa gaul yang sering dilontarkan oleh generasi milenial ataupun generasi Z. Istilah ini kerapkali digunakan untuk berinteraksi dalam percakapan sehari-hari.

Dari literatur yang saya baca, kepo adalah singkatan dalam bahasa Inggris, yaitu 'Knowing every particular object' yang artinya mengetahui setiap objek tertentu.

Selain itu, Kepo juga serapan dari bahasa Singlish (Singaporean-english). Kata kepo berasal dari bahasa keypoh yang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Arti keypoh yaitu berarti ingin mencampuri urusan orang lain. Ia juga memiliki rasa penasaran yang lebih dan ingin tahu dalam segala hal.

Yang menjadi pertanyaan apakah kepo bisa dikatakan seorang filsuf? Karena ada sebuah pernyataan yang disampaikan di dalam bukunya Dunia Sophie Novel Grafis Filsafat bahwa sifat terpenting seorang filsuf adalah rasa ingin tahu.

Begini tum. Menurut hemat saya, jika disandingkan antara kepo dengan rasa ingin tahu seorang filsuf jelas berbeda.

Rasa ingin tahu seorang filsuf adalah menanyakan pertanyaan-pertanyaan filosofis, misalnya, siapa sih diri kita ? Kenapa kita bisa hidup di muka bumi ? Bagaimana diri kita bisa sampai di bumi ? Apa tujuan kita dilahirkan?.

Selain dari pertanyaan-pertanyaan filosofis tersebut, tidak bisa dikatakan pertanyaan filsuf, apalagi kalau sampe menanyakan ke ranah-ranah privasi.

"Bagaimana hubungan kamu dengan suami kamu"
"Pernah ngelakuin apa aja sama pacar"
"Ada masalah apa dengan keluarga?"
"Btw, pernah kesurupan?"

Gak bahaya tak menanyakan hal-hal seperti itu. Oh iya. Untuk menjadi seorang filsuf pun seperti yang disampaikan dalam buku tersebut. Bisa dilakukan dengan bertanya pada diri sendiri.

"Siapakah kita dan mengapa kita hidup".

Tapi sadar nggak siih? terkadang rasa ingin tahu itu sirna, karena kita sudah terbiasa melihat suatu hal, misalnya. Saya tidak pernah mempertanyakan kenapa malam itu begitu indah, kenapa bintang-bintang bisa bersinar, kenapa bulan selalu nampak pada malam hari.

Hal ini, karena saya sudah terbiasa dengan malam hari sehingga rasa penasaran untuk mempertanyakan itu menjadi hilang.

Ada lagi contoh kaya gini. Kita sudah terbiasa berjalan. Karena keterbiasaan itu mengakibatkan bahwa kita tidak pernah menanyakan kenapa sih kita sebagai manusia bisa berjalan diatas bumi ? Apa itu gravitasi? Apa hubungan gravitasi dengan manusia? Bisa nggak sih manusia hidup tanpa gravitasi? Ada nggak dampk yang dirasakan manusia ketika gravitasi itu tidak ada.

Iya nggak sih? Ada yang sependapat. Tulis di kolom komentar yuk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun