Mohon tunggu...
Rama Guna Wibawa
Rama Guna Wibawa Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis terus sampe lupa caranya berhenti, kecuali adzan, makan dan Bucin

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Isalam Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Book

Ternyata, Keinginan Awal Mula Penderitaan

16 Januari 2023   12:04 Diperbarui: 16 Januari 2023   12:37 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah anda pernah mengalami penderitaan ? Mungkin sebagian orang akan berkata, iya, karena pada sejatinya setiap manusia akan dihadapkan pada suatu permasalahan.

Namun ada juga sebagian orang yang akan mengatakan tidak, karena ia sadar bahwa penderitaan itu adalah persfektif  kita memandang suatu musibah.

Lalu, bagaimana sih terjadinya penderitaan bagi kehidupan kita ?

Saat membaca buku Jalaluddin Rakhmat yang berjudul Meraih Kebahagiaan. Buku yang diterbitkan oleh PT Remaja Rosdakarya cetakan keempat, September 2008 dengan ISBN 979-3782-06-4, pada bab 'Kebahagiaan Dalam Agama Budha'. Kang Jalal menjelaskan penderitaan terjadi karena adanya keinginan, hasrat, nafsu yang harus dipuaskan. Untuk mengakhiri penderitaan, orang harus mengakhiri keinginan.

Karena dengan mencapai keinginan saja tidak sendirinya memberikan kebahagiaan. Kesenangan dalam mencapai keinginan biasanya bersifat sementara.

Untuk memperoleh kebahagiaan, kita harus menitikberatkan pada sesuatu hal yang bersifat non duniawi.

Terkadang, orang akan merasa senang dan bahagia apabila apa yang menjadi keinginannya itu terwujud, misal mendapatkan mobil yang mewah, hanya orang-orang tertentu yang dapat mempunya mobil tersebut. Bahkan di seluruh dunia hanya ada 7 orang yang punya mobil mewah dan canggih itu.

Lalu, apakah dengan memiliki mobil tersebut lantas hidup kita akan bahagia ?

 jelas tidak selalu, mungkin bisa dikatakan iya dan tidak. Berkata iya, karena apa yang ia cita-citakan sebelumnya dapat diwujudkan. Jika tidak, maka ia menjadi khawatir dan takut, dengan segala hal-hal yang akan menimpa dirinya dikemudian hari.

Tapi kita perlu berfikir bahwa memiliki mobil mewah yang jelas-jelas ini bersifat duniawi, maka tentu kebahagiaan pun bersifat sementara. Kenapa bisa ? karena yang namanya mobil mewah, sewaktu-waktu tidak akan kembali mewah karena perkembangan zaman, yang setiap harinya mengalami perubahan. Mobil mewah itu juga dapat rusak, baik mengalami kecelakaan ataupun dimakan waktu, bisa juga karena dicuri orang atau hangus terbakar dan lain sebagainya.

Maka jangan sampai kita tertipu, yang berpandangan bahwa ketika keinginan yang dipuaskan akan mendatangkan kebahagiaan.

Tidak hanya itu juga, Didalam buku ini memberikan pesan yang sangat luar biasa, bahwa kita jangan sampai mengorbankan kebahagiaan abadi hanya untuk kebahagiaan sementara.

bagaimana menurut kalian ? apakah hari ini kalian telah bahagia ? tulis di kolom komentar ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun