Dengan mudahnya seseorang berkata :
"Ayo Speak up"
"Jangan takut ya, Ayo laporkan"
Namun, faktanya dilapangan, kenapa mahasiswa yang menjadi korban pelecehan tidak melapor, bukan hanya soal ketakutan semata, melainkan tidak adanya sarana aduan, harus kemana ia melapor, kepada siapa melapor dan bagaimana teknis pelaporan. Jika dianalogikan seperti kita yang sedang berjalan di gurun pasir, gersang dan panas. Seseorang dengan lantang nya berteriak dan menyarankan untuk berteduh.
"ayoo berteduh"
"Jika panas berteduh dong,jangan jalan terus"
Yang menjadi persoalan, bukan ia tidak mau berteduh, namun dimana ia harus berteduh. Karena tidak adanya rumah, pepohonan atau bangunan sebagai tempat ia berlindung.
Sebagai tambahan informasi, kebanyakan korban pelecehan tidak melapor kejadiannya, dikarenakan adanya rasa kekhawatiran bahwa korbanlah yang disudutkan atau yang kita kenal dengan istilah Victim Blaming.
Dilansir Sorona.Id Victim Blaming (menyalahkan korban) ialah sikap yang menunjukkan bahwa korban yang harus tanggung jawab atas sesuatu hal yang terjadi.
Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa korbanlah yang harus bertanggung jawab atas terjadinya pelecehan seksual. Seperti pakaian minim, tindakan merayu lawan jenis, kata-kata rayuan yang dianggap mengundang pelecehan dan lain sebagainya.
"Emang kamu menggunakan pakaian seperti apa, sehingga si A melakukan pelecehan"