Mohon tunggu...
Rama Guna Wibawa
Rama Guna Wibawa Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis terus sampe lupa caranya berhenti, kecuali adzan, makan dan Bucin

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Isalam Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ini Dia Fakta Awal Mula Ketegangan Rusia-Ukrania dan 5 Poin Sikap Indonesia terhadap Serangan Militer

28 Februari 2022   14:58 Diperbarui: 28 Februari 2022   15:01 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu Baca : 10 Menit

Konflik Rusia dan Ukrania yang berujung perang antara kedua belah pihak tersebut belum kunjung usai hingga saat ini, lalu bagaimana kronologi ketegangan kedua negara tersebut muncul ?

Mari simak berikut ini,

Awal mula ketegangan rusia dan ukrania yang terjadi saat ini, semua itu dimulai dari kedua daerah yang menjadi pemicu konflik yang paling memanas akhir-akhir ini, pada bulan Desember 2021 Rusia meletakkan artireri beserta Tank dan pasukannya diperbatasan antara rusia dan ukrania.

Kemudian yang menjadi fokus saat ini ialah daerah yang berkonflik khusus nya di daerah Donetsk dan Luhans, jika diperhatikan secara seksama kedua daerah tersebut sangat berdekatan sekali dengan Rusia, tapi sampai pada saat ini negara-negara dan juga pengakuan internasional mengatakan bahwa Daerah Donersk san Luhansk masih merupakan daerah di Ukrania. Sedikit berbeda dari apa yang disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin,  tanggal 21 Febuari yang kemudian memicu kembali bertegangan kedua negara tersebut.

Ketegangan Rusia dan Ukrania, jika kita berkaca kembali pada tahun 2013-2014 itu tidak hanya sekedar permasalahan teritorial semata yang hangat diperbincangkan skala global, pada tahun 2013-2014 menjadi suatu peristiwa internasional yang merupakan Aneksasi Semenanjung Krimea yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukrania.

Pada saat itu, Viktor Yanukovych Mantan Presiden Ukrania yang menjabat pada tahun 2010-2014 ia hendak menandatangani asosiasi perjanjian dengan Uni Eropa, namun kemudian dibatalkan dan malah menandatangani perjanjian dengan Moskow, hal itulah yang memicu aksi protes dari berbagai kalangan masyarakat khususnya didaerah Krimea, Donetsk, Luhans, yang kemudian mengakibatkan Viktor Yanukovych digulingkan dari jabatannya sebagai presiden yang pada akhirnya Rusia berhasil menganeksasi semenanjung Krimea dengan sebuah referendum yang diselenggarakan di Krimea, yang dimana mayoritas masyarakatnya pro Rusia.

Kemudian di gantilah presiden Viktor Yanukovych dengan Petro Poroshenko yang nantinya menandatangani perjanjian asosiasi Uni Eropa. Semenjak Aneksasi, Antara Rusia Dan Ukrania semakin memanas hingga sampai pada hari ini.

Tidak hanya itu, pada tahun 2014-2015 adanya ketidaksepakatan dan kesepahaman yang memfasilitasi ketegangan Rusia dan juga Ukrania yang diselenggarakan di Minsk ibu kota dari Belarus.

Dikutip dari redaksi Metro TV,  berikut Point-point Perjanjian Minsk yang memfasilitasi kedua negara tersebut :

1.Menyusun tata cara pemilu di wilayah pendudukan di Luhansk dan Donetsk.

2.Rencana mengintegrasikan dua wilayah ke Ukrania.

3. Manajemen konflik aktual di wilayah pendudukan seperti gencatan senjata, penarikan senjata berat dan lain-lain.

4. Pembahasan tentang politik, termasuk bagaimana status khusus kepada Donetsk dan juga Luhansk antara Rusia dan Ukrania.

Perjanjian MINSK menjadi multitafsir antara kedua belah pihak, yang memiliki interpretasi berbeda antara rusia dan ukrania. Rusia menilai perjanjian MINSK mamfasilitasi adanya pembahasan terkait status khusus bagi Donetsk dan Luhans. Sedangkan Ukrania menilai perjanjian MINSK memfasilitasi bahwa kedua wilayah ini benar-benar ada didalam kedaulatan dari Ukrania.

Lalu bagaimana kekuatan militer yang dimiliki dari kedua negara tersebut, antara Rusia dan Ukrania. ?

Dilansir dari Statistik Militer Global firepower, antara ukrania dan Rusia. Bahwa Ukrania menempati posisi 22 dari 140 Negara yang memiliki pasukan aktif dan pasukan cadangan berjumlah 450.000 pasukan, Artileri berjumlah 2.040, Kendaraan lapis baja berjumlah 12.303, Tank berjumlah 2.596, Helikopter serang berjumlah 34 dan terakhir pesawat tempur berjumlah 98.

Sedangkan Rusia berada di peringkat 2 dari 140 negara, yang memiliki pasukan aktif dan pasukan cadangan 1.100.000 pasukan, Artileri berjumlah 7.571, kendaraan lapis baja berjumlah 30.122, dengan memiliki Tank yang berjumlahh 12.420, helikopter serang berjumlah 544 dan memiliki total pesawat tempur berjumlah 1.511. Dari data tersebut ini dapat disimpulkan bahwa Ukrania jauh tertinggal dari Rusia yang menempati urutan kedua.

Menurut Statistik Militer Global firepower, Ukrania menempati posisi 22 dari 140 Negara Sedangkan Rusia berada di peringkat 2 dari 140 negara

Bagaimana Eskalasi Konflik Rusia-Ukrania yang semakin memanas? 

Itu dimulai pada bulan November 2021, Rusia memobilisasi Armada militer ke perbatasan Ukrania, dari peristiwa itu banyak sekali pernyataan yang disampaikan oleh pejabat dari Rusia terkait dengan tidak adanya invasi yang dilakukan, namun mobilisasi militer ini dilakukan  untuk daerah-daerah yang ada diperbatasan Rusia dengan Ukrania, kemudian ini juga menuai respon dari presiden Amerika Serikat Joe Biden, bahwa Amerika Serikat akan menanggapi dengan tegas bahwa Rusia menginvasi Ukrania.

Tidak lepas dari itu saja, Pada bulan Januari 2022 banyak sekali dinamika yang terjadi antara kedua negara tersebut, salah satunya NATO menempatkan pasukannya dalam keadaan siaga di Eropa timur,  dengan beralasan untuk menjaga stabilitas antara keduanya, sehingga mengundang respon dari Rusia, yang dimana negosiasi yang diminta Vladimir Putin terkait Washington yang menyampaikan kembali komitmennya terhadap kebijakan pintu terbuka NATO, Ukrania tidak boleh masuk NATO.

Sumber Foto: Reuters 
Sumber Foto: Reuters 

Pada tanggal 27 Januari 2022, Joe Biden memperingatkan adanya kemungkinan invasi Rusia yang akan terjadi pada bulan Febuari.

Dari seluruh dinamika yang terjadi, terdapat dua respon yang penulis ambil dari presiden kedua belah pihak negara, atas tindakan yang diambil oleh Amerika Serikat. Vladimir Putin menyampaikan tuntutan keamanan utama Rusia belum ditanggapi, tetapi Moskow siap untuk terus berbicara. Vladimir Putin pun akan tetap membuka ruang untuk bernegosiasi.

Sedangkan Presiden Ukrania Volodymyr Zelensky menanggapi yang dilakukan oleh Amerika, ia mengatakan memperingatkan Barat untuk menghindari,menciptakan kepanikan yang akan berdampak negatif terhadap perekonomian Ukrania.

Pada tanggal 1 Febuari 2022 Presiden Rusia Vladimir Putin membantah adanya rencana Invasi, selanjutnya pada tanggal 6 febuari 2022 Rusia terus menggencarkan agresi militernya dengan menyelesaikan 70% dari pembangunan militer untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukrania.

Pada tanggal 12 Febuari 2022 Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden rusia Vladimir Putin mengadakan pembicaraan melalui konferensi video, namun ternyata pembicaraan ini tidak membuahkan hasil yang begitu baik. Pada tanggal 16 Febuari 2022 dengan banyak rumor yang terjadi bahwa Rusia akan menyerang kapan saja, yang pada akhirnya Presiden Ukrania Mengumumkan "Day Of Unity". Ukrania tetap optimis apapun yang terjadi pada negaranya, ini membuktikan bahwa Ukrania tetap satu tanpa bisa terpecah belahkan oleh bangsa lainnya dengan kondisi dan ancaman apapun.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden / Sumber Liputan 6
Presiden Amerika Serikat Joe Biden / Sumber Liputan 6

Vladimir Putin menyampaikan pernyataan yang sangat penting dan berdampak pada skala Internasional pada tanggal 21 Febuari 2022 yang menanggapi bagaimana dinamika yang terjadi antara Rusia dan ukrania.

"Saya menganggap perlu untuk mengambil keputusan yang sudah lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk, saya meminta Majelis Federal Federasi Rusia untuk mendukung keputusan ini dan kemudian meratifikasi perjanjian persahabatan dan bantuan timbal balik dengan kedua republik," Ujar Vladimir Putin, dikutip dari Metro TV.

Atas keputusan itu, Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa mengecam atas apa yang disampaikan Vladimir Putin dan memberikan Sanksi atas Invasi yang dilakukan Rusia. Amerika Serikat dengan tegas akan melarang investasi ke Donetsk dan Luhansk, larangan Impor dan Ekspor dan larangan transaksi keuangan.

Selain itu, Inggris juga memberikan sanksi berupa memangkas akses perusahaan Rusia ke dollar Amerika serikat & poundsterling inggris serta modal London.

Dan terakhir, Uni Eropa juga memberikan sanksi yang tidak beda jauh dengan Inggris, yakni memangkas akses Rusia ke pasar dan juga modal di Uni Eropa.

Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa Memberikan sanksi kepada Rusia atas tindakan invasi.

Atas fenomena yang terjadi, Presiden Ukrania Volodymyr Zelensky menyampaikan Ukrania tidak akan takut atas apa yang disampaikan  Vladimir Putin.

"Ukrania pasti menganggap tindakan Rusia terakhir ini sebagai pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorial negara, kita semua tanggung jawab atas semua konsekuensi yang terkait dengan keputusan yang disebutkan diatas terletak pada kepemimpinan politik Rusia, pengakuan kemerdekaan wilayah pendudukan Rusia wilayah Luhansk dan Donetsk mungkin berarti penarikan sepihak Rusia dan perjanjian MINSK, sekarang sama sekali tidak ada alasan untuk tindakan kacau, kami akan melakukan segalanya untuk tetap seperti ini lebih jauh, kami tetap dengan cara damai dan diplomatik" Ucap Zelensky dilansir dari Metro TV pada 24 Febuari 2022.

Lalu, Atas fenomena kejadian kedua negara ini antara Rusia dan Ukrania, bagaimana sikap Indonesia ?

Ilustrasi foto Rapat kabinet pernyataan sikap Indonesia terhadap serangan militer Rusia / Sumber Foto Instagram @abimagazine 
Ilustrasi foto Rapat kabinet pernyataan sikap Indonesia terhadap serangan militer Rusia / Sumber Foto Instagram @abimagazine 

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) meliris pernyataan resmi mengenai serangan militer Rusia terhadap Ukrania.

Dilansir dari laman Kemenlu.go.id pada Jumat (25/02/20220) terdapat 5 point yang disampaikan secara resmi pemerintahan Indonesia terhadap serangan militer di Ukrania.

1. Penghormatan terhadap tujuan dan prinsip piagam PBB dan hukum internasional, termasuk penghormatan terhadap integritas wilayah dan kedaulatan, penting untuk terus dijalankan.

2. Serangan militer di Ukraina tidak dapat diterima. Serangan juga sangat membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam perdamaian serta stabilitas kawasan dan dunia

3. Indonesia meminta agar situasi ini dapat segera dihentikan dan semua pihak agar menghentikan permusuhan serta mengutamakan penyelesaian secara damai melalui diplomasi.

4. Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata guna mencegah memburuknya situasi.

5. Pemerintah, melalui Kementerian Luar Negeri, telah mempersiapkan rencana evakuasi WNI. Keselamatan WNI selalu menjadi prioritas pemerintah.

Menurut mu bagaimana ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun