Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Mahasiswa UNDIP Berdiplomasi dalam Ajang Harvard World MUN di Italia

30 Maret 2016   10:21 Diperbarui: 31 Maret 2016   15:56 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Delegasi Universitas Diponegoro dalam Ajang Harvard World MUN (sumber: Penulis)"][/caption]

 

Pada tanggal 14 – 18 Maret 2016, Universitas Diponegoro (UNDIP) mengirimkan 5 orang mahasiswa untuk mengikuti perhelatan Harvard World Model United Nations 2016 (WorldMUN) di Roma – Italia. Mereka adalah Ramaditya Anugrah Pratama, Maila Karima, Stephanie Elisa Malonda, Grace Sihombing, dan Fatimah Al Zahra. Acara tahunan yang diselenggarakan oleh Harvard University ini berupa Simulasi Sidang PBB yang diikuti 2500 peserta dari kurang lebih 115 negara di Dunia, membicarakan isu-isu paling mendesak di Dunia di berbagai bidang mulai dari politik, keamanan, sosial, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pembangunan, dan perekonomian, serta berbagai isu kontemporer seperti terorisme, perkembangan teknologi, perubahan iklim, pemanfaatan sumber daya alam, pengungsi, dan resolusi yang ingin dicapai dunia di masa depan. Melalui simulasi sidang kemudian akan dicapai resolusi dari sudut pandang pemuda terhadap permasalahan Dunia tersebut. Para delegasi akan berdebat selama 4 hari dalam komite-komite yang membahas isu tertentu untuk mencapai suatu resolusi, berupa cara pandang, pertimbangan, langkah nyata, dan perencanaan jangka panjang untuk mengatasi permasalahan tertentu, yang tentunya akan menjadi input yang sangat bermanfaat bagi sidang di Perserikatan Bangsa-Bangsa sesungguhnya.

WorldMUN tahun ini sekaligus perayaan 25 tahun pelaksanaannya, sejak pertamakali diselenggarakan di Polandia pada tahun 1992. Tahun ini adalah ketiga kalinya Undip mengirimkan delegasi ke WorldMUN, setelah sebelumnya ke Brussels (2014) dan Seoul (2015). Semangat diversitas budaya dan persatuan internasional adalah jiwa dari perhelatan Model United Nations (MUN) yang dikenal dengan julukan “The Olympics of Model UN” ini, karena selain sebagai MUN terbesar di Dunia, WorldMUN juga menjadi MUN yang selalu berpindah tempat setiap tahunnya. Semangat WorldMUN adalah semangat persahabatan, maka tahun ini, mengusung tema ‘Spirit of WorldMUN: Future #25’, selain mempraktikkan diplomasi di kancah internasional, para peserta juga berkesempatan untuk mempromosikan budaya negara masing-masing dalam Global Village. Sebuah gestur positif diplomasi modern yang menjadi kesempatan bagi para delegasi UNDIP untuk membawa nama Indonesia dalam acara ini, dengan membuka stand ‘Welcome to Indonesia’, memamerkan produk khas Indonesia, makanan, kerajinan tangan, dan memperkenalkan tradisi bangsa di hadapan para peserta dari berbagai negara.

Peserta juga mengikuti berbagai kegiatan sosial berupa Social Venture Challenges (SVC) Resolution Project, dimana para peserta menyampaikan ide inovatif terkait program sosial untuk dijalankan dalam lingkup global. Proyek ini dapat meningkatkan kemampuan calon pemimpin muda masa depan melalui program entrepreneurship yang kolaboratif yang kemudian akan didanai oleh SVC. Simulasi sidang selama 4 hari tersebut adalah bagian paling substantif dari perhelatan ini. Mahasiswa belajar bagaimana PBB membuat keputusan terbaik untuk diaplikasikan ke seluruh dunia . Bagi Delegasi UNDIP , ajang ini adalah kesempatan besar untuk meningkatkan kualitas diri, melatih untuk lebih open minded dan kemampuan bekerja dalam tim untuk menghasilkan resolusi yang disepakati seluruh pihak.  

Mengambil peran sebagai diplomat, para delegasi berdebat untuk memecahkan permasalahan yang diangkat, yang mampu menunjang kemampuan para mahasiswa tentang komunikasi efektif, teknik negosiasi, diplomasi internasional, serta kesempatan untuk berbicara di depan forum internasional resmi, yang tentunya akan menunjang pengembangan soft-skill mahasiswa itu sendiri. Kesempatan berdiskusi dengan lawan bicara dari berbagai negara yang memiliki latar budaya yang berbeda adalah kesempatan emas yang didapat dari MUN berskala internasional seperti Harvard World MUN. Melalui kesempatan tersebut, berhadapan untuk menyampaikan ide memerlukan pendalaman materi yang sangat kompleks untuk mentransformasikan ide tersebut menjadi aksi nyata yang mampu diterapkan. Selain itu para delegasi juga dapat meningkatkan kerjasama dan mempererat persahabatan lintas bangsa, yang merefleksikan kekayaan diversitas manusia seluruh Dunia. Tidak hanya berkutat dengan substansi isu yang dibahas, WorldMUN memberikan kesempatan para pesertanya untuk mendapat pengalaman dan dampak positif yang lebih besar dari sekadar seni negosiasi, yang hal ini merupakan keunikan dari MUN itu sendiri.

Acara dibuka langsung oleh Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, yang menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas inisiasi acara ini, dan mewakili para decision maker di kancah internasional sebenarnya, beliau berpesan dan menekankan bahwa WorldMUN harus mampu memberikan masukan kepada dunia internasional terutama terkait isu terorisme, pengungsi, perubahan iklim, sosial, hak asasi manusia, kekerasan, dan juga pembangunan.  Para politisi dunia saat ini membutuhkan perspektif alternatif dari para pemuda untuk dapat mengambil keputusan terbaik dan berkelanjutan dan tangible untuk dilaksanakan. 

Adapun pada hari ketiga, para peserta mengikuti audiensi khusus dengan Paus Fransiskus di Vatikan, dimana Paus menyerukan pesan yang kuat tentang hak asasi manusia, kerjasama saling membantu, solidaritas dunia, dan perdamaian. Beliau turut berpesan agar solusi yang didapatkan melalui ajang WorldMUN dapat bermanfaat bagi golongan marjinal dan sedang dibawah tekanan, dalam kondisi tidak aman, dan membutuhkan bantuan. Pesan beliau juga ditujukan kepada PBB dan negara-negara di Dunia untuk terus berupaya maksimal dalam memberikan perlindungan kepada seluruh warga Dunia, menciptakan secercah harapan untuk kembali bangkit dari keterpurukan.

Dalam acara ini, peserta yang disebut delegates melakukan role play sebagai delegasi dari suatu negara membicarakan topik tertentu. Delegasi UNDIP tahun ini mewakili negara Saint Kitts and Nevis, bersidang di tiga komite yakni Disarmament and International Security Committee (DISEC), World Conference on Women, dan Community of the Carribean and Latin American States (CELAC).  Delegasi UNDIP turut didukung oleh berbagai pihak yakni  PT. Petrokimia Gresik, PT. Pembangunan Perumahan (Persero), PT. Waskita Karya (Persero), Pegadaian Syariah, Bank BNI Syariah, PT. Semen Padang, Perum Bulog, dan Yayasan Alumni Undip, untuk keberhasilan dan kelancaran pendelegasian pada tahun ini yang telah memberikan support dalam bentuk moral maupun materiil.

 Lebih dari 40 mahasiswa asal Indonesia dari 8 Universitas di tanah air berangkat ke Roma untuk mengikuti acara ini termasuk dari UNDIP. Wakil Duta Besar Indonesia untuk Italia, Des Alwi, dalam kesempatan audiensi ke KBRI Roma menyatakan kebanggaannya dan berharap pendelegasian ini terus dapat dilakukan, untuk meningkatkan prestasi dan nama besar Indonesia di mancanegara. Menurut beliau, keseriusan dalam mengikuti ajang MUN perlu digalakkan untuk meningkatkan international awareness terhadap Indonesia dalam forum resmi, utamanya harus diasah sejak usia muda seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun