Sontak ketika mendengar nama Jember, dalam benak masyarakat luas bermunculan pikiran menyoal keindahan Pantai Pasir Putih Malika (Papuma), atau keelokan Jember Fashion Carnival (JFC), bahkan keunikan makanan khasnya, Suwar-Suwir. Jika iya, maka bisa dipastikan njenengan sekalian dikategorikan bagian dari barisan kurang piknik. Hehei.
Namun opini tersebut memang benar, sih. Tak bisa disalahkan. Sekarang, siapa yang nggak tau Pantai Papuma ? Siapa yang nggak ngerti JFC ? Siapa yang nggak paham Suwar-Suwir ? Siapa ? Yang jelas ada. Tapi jumlahnya nggak signifikan.
Dan hal yang perlu kita ketahui bersama, Jember dengan segenap keindahannya ternyata memiliki benda peninggalan masa purbakala alias sejarah. Nih, tepatnya lebih dikenali dengan sebutan Situs Duplang. Baru tau, kan ? Situs Duplang sendiri berada di Dusun Duplang, Desa Kamal, Kecamatan Arjasa, Jember.
Jadi ini sih berdasarkan penelusuran saya ke lokasi dan hasil bincang dengan juru kunci situs tersebut. Yakni ketika siang hari, dikala panas menyengat, saya menuju ke lokasi. Sesampainya disana, ternyata tidak ada yang menyambut. Ya iya, secara bukan tamu agung. Hmm.
Lalu dari kejauhan nampak bapak paruh baya berpenampilan dengan gaya sederhana khas petani berjalan perlahan menghampiri. Setelah sedikit bercengkerama, ternyata beliau adalah pemilik satu-satunya rumah di area situs sekaligus menjabat sebagai juru kunci sejak tahun 1985. Bapak Sudarman Abdur Rahim, namanya. Ingat! Bukan pejabat seperti sediakala. Ini pejabat penuh jasa, namun tanpa tanda. Bisa dipahami, kan. Betapa besar jasanya.Berdasarkan cerita dari sang juru kunci alias kuncen, Pak Darman, nama familiarnya, bahwa situs ini sudah lama ditemukan masyarakat Desa Kamal yakni pada kisaran abad ke-10. Waktu itu kiranya kita sekalian masih di negeri antah-berantah. Belum membumi. Hehe.
”Dulu batu-batu ini adalah ditemukan ketika kita (warga Desa Kamal) sedang menggali tanah dan keliling-keliling sawah. Dan posisinya ya seperti itu. Nggak ada yang berubah. Paling beberapa saja. Karena memang ingin saya tata biar kelihatan bagus.” Ucap beliau dengan bahasa Indonesia yang masih lancar disertai nada khas ala wong Jemberan.
Beliau menambahkan, dinamakan situs Duplang karena lokasi penemuannya di Dusun atau Pedukuhan Duplang. Jadi penentuan namanya juga nggak ribet kayak penentuan juara lomba kampung bersih. Bukan begitu ?
Dalam situs Duplang, terdapat tiga batu temuan. Antaranya, menhir, kenong, dan dolmen. Menhir yang artinya batu tegak yang digunakan sebagai alat atau benda pemujaan bagi arwah leluhur. Kenong yang bermakna batu yang digunakan tempat persembahan bagi arwah leluhur. Dolmen yang diyakini sebagai batu yang membawahi kuburan.Dan juga terdiri dari batu besar yang ditopang oleh 4 batu pada sisinya.
Sejauh ini Situs Duplang memang kurang diminati pengunjung. Apalagi sebelum situs ini dikelola benar-benar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember. Masih terbilang sepi.
Namun beberapa tahun setelah Pak Sudarman menjurui situs ini, dengan segenap usahanya agar atensi atas heritage budaya ini bemunculan, akhirnya pemerintah pun turun gunung. “Situs ini baru dikelola Dinas pada tahun 1996. Dan setelah itu juga ditata denga rapi. Dibangun pagar, kamar mandi, dan musholla.” Tandas kakek berumur 79 tahun tersebut.
Dan sampai sekarang situs Duplang masih tetap eksis. Meski masih sedikit, pengunjung yang datang juga bukan hanya dari Jember saja. Ada yang dari luar kota, bahkan luar negeri. Luar biasa, sob!