Mohon tunggu...
Ramadianto Machmud
Ramadianto Machmud Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism

Email: ramadianto.machmud@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Mengatasi Lima Hal Kebiasaan Buruk

4 Juni 2021   05:59 Diperbarui: 4 Juni 2021   05:59 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki kecenderungan kebiasaan buruk dalam diri memang bukanlah hal yang baik. Kecenderungan juga dapat dipahami sebagai cara-cara kesudian kita melakukan sesuatu yang berdampak pada diri sendiri maupun orang lain.

Kecenderungan-kecenderungan yang dimaksud adalah hasil rekaman alam bawah sadar kita dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan memperhatikan bagaimana cara orang-orang disekeliling kita saling berinteraksi

Kecenderungan memiliki kebiasaan buruk, tidak dapat dilihat dari sisi pemiliknya, yaitu kita. Namun bisa dinilai oleh orang-orang yang berada di sekeliling kita.

Ini pertanda bahwa kecenderungan memiliki kebiasaan buruk tentu sangat mempengaruhi kualitas hidup sosial kita. Sudah barang tentu tidak-lah baik bagi orang-orang yang berada disekeliling kita turut ikut merasakan dampaknya.

Tidak sedikit yang pernah mengalami pengalaman pribadi soal kepemilikan kebiasaan buruk ini. Rata-rata dari mereka sering terjebak pada kebiasaan buruk yang sama secara berulang-ulang, dan cukup sulit untuk keluar dari lingkaran itu.

Ada yang bisa mengatasinya lebih cepat, ada juga yang tidak. Ini memerlukan cara cerdas untuk menyadarkan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut.

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kebiasaan buruk yang biasanya dinilai oleh orang-orang disekeliling kita. Sebelum itu berdampak tidak baik bagi kita dan juga orang lain, maka sebaiknya kita sadari lebih awal.

Untuk lebih jelasnya mari kita ulas secara singkat lima hal kebiasaan buruk kita serta cara bagaimana terlepas dari kecenderungan tersebut.

Tidak Tepat Waktu

Ketepatan waktu bagi segelintir orang memang hal menakutkan. Ini disebabkan oleh karena aktivitas kita yang menuntut demikian. Namun tidak sedikit dari kita yang memaksakan diri hanya agar lebih tepat waktu.

Padahal, pemaksakan diri bisa berpengaruh pada mental dan kondisi kesehatan kita.

Nah, agar bisa keluar dari masalah ini, kita perlu memperhatikan beberapa hal seperti: pertama, pahami dengan benar apa yang menjadi skala prioritas kita; kedua, lakukan persiapan dengan tidak tergesa-gesa; ketiga, hindari penggunaan waktu yang menurutmu tidak penting; keempat, hindari mengganti waktumu dengan uang; dan kelima, manfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Tidak Tahu Cara Beretika

Etika sangat berkaitan erat dengan karakter dan perilaku kita. Lingkungan keluarga, sekolah, dan sekitarnya sangat berperan penting dalam proses pembentukannya.

Mereka yang hidup dilingkungan sosial berbeda dengan kita, memandang kita sebagai orang asing. Maka etika adalah cara satu-satunya agar kita dapat terhubung dengan orang-orang tersebut.

Cara kita ialah dengan memperhatikan wilayah dimana, dan dengan siapa kita sedang berinteraksi. Bila dengan cepat kita sadari, orang-orang disekeliling kita pasti dengan cepat pula menerima kehandiran kita.

Memang tidak secara instan semua itu bisa berubah, namun paling tidak dengan disiplin dan kejujuran yang kita miliki, semua pasti nyaman dengan kehadiran kita.

Tidak Sabar

Hal ini tidak bisa dipelajari dalam artian sesungguhnya. Sebab kesabaran tentu mempunyai batas. Akan tetapi, kesabaran dapat dipelajari melalui pengalaman kita sendiri.

Kebiasaan buruk yang satu ini, memang memerlukan waktu dan komitmen agar kita dapat mengontrol semua itu. Sebagaimana cara kita melatih kesabaran itu, tentu memerlukan kesabaran pula.

Pada bagian ini tergantung dari tekad dan juga niat.

Mereka yang tidak sabar akan sesuatu, dapat melatih kesabarannya dengan beberapa cara. Salah satunya dengan mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang lebih rileks dan mampu membuat kita menarik nafas dalam-dalam. Bukan membiarkan dan mengacuhkan, tetapi lebih kepada cara mengontrol emosi kita.

Ada cara yang paling efektif dan mudah dilakukan, yakni dengan melakukan siulan mengikuti nada dari irama musik. Bisa pula dengan memikirkan hal-hal yang mengundang senyum dan tawa. Atau dengan membuat kata-kata bijak soal kesabaran dari smartphone kita. Ini akan memotivasi alam bawah sadar kita agar lebih sabar.

Tidak Memiliki Hasrat atau Gairah (Passion)

Ketidakmampuan kita memahami dan mengerti passion kita sendiri, termasuk kebiasaan buruk. Dari pengalaman yang kita miliki, tentu kita telah memiliki passion yang jelas. Namun, banyak yang tidak sadar akan hal itu.

Passion hampir mirip dengan kesabaran namun berbeda dalam hal penerapannya. Passion sering diperdengarkan saat kita menghadapi kesulitan dalam memposisikan diri dalam aktivitas sehari-hari. Sudah barang tentu ini akan sangat mengganggu kita.

Cara mengatasinya pun sangat mudah asalkan kita pelajari dengan sungguh-sungguh. Passion itu hadir di dalam diri saat kita melakukan sesuatu tanpa paksaan dan kerelaan hati. Tanpa kita memikirkan tujuan akhir, pencapaian, serta apa manfaat nantinya didapatkan.

Lakukan hal-hal yang dapat memicu passion (hasrat atau gairah positif) di dalam diri kita. Melakukan hal-hal yang digemari akan sangat membantu kita melihat potensi yang lebih menonjol, itulah sesungguhnya passion kita. Ini harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan penuh konsistensi dan tanggung jawab.

Tidak Mau Berusaha Lebih Keras (Doing Extra)

Ingin hasil yang maksimal namun tidak suka (doing extra) usaha lebih keras termasuk kategori kebiasaan buruk. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat diketemukan pada mereka yang tidak sabar dalam menggapai sesuatu yang lebih dari biasanya.

Mengupayakan hasil maksimal tidak dapat dilakukan dengan cara-cara biasa. Kumpulkan energi sebanyak-banyaknya, sehingga menjadi besar dan siap, yang dapat membantu kita meraihnya.

Tidak dengan cara-cara yang melibatkan kita berurusan dengan persoalan hukum. Tentu saja ada cara yang lebih baik dan mampu membantu kita mencapainya.

Pertama, lakukanlah tugas-tugasmu dengan cepat, tepat, dan semaksimal mungkin. Kedua, hindarilah kebiasaan menunda hal-hal yang semestinya dapat dilakukan dengan cepat. Ketiga, tingkatkan bakat dan kemampuan kita lebih dari yang sebelumnya. Keempat, perluas pengetahuan kita melalui ilmu yang kita dapat. Kelima, praktekkan kesemuanya itu dengan disiplin.

Itulah sederet lima hal kebiasaan buruk yang biasa dilakukan oleh kita atas penilaian orang disekitar kita, sekaligus cara-cara untuk mengatasinya.

Perlu juga diingat, penilaian orang memang tidak sepenuhnya menjadi rujukan kita untuk berubah lebih baik dari sebelumnya. Namun, berkat cara-cara penilaian mereka terhadap kita, dengan begitu, diketahui kebiasan-kebiasaan buruk apa yang kita miliki. Semoga bermanfaat dan tercerahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun