Mohon tunggu...
Ramadianto Machmud
Ramadianto Machmud Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism

Email: ramadianto.machmud@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Viralnya Babi Ngepet dan Lemahnya Berpikir Jernih

5 Mei 2021   21:13 Diperbarui: 7 Mei 2021   20:17 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahu sejarah Babi Ngepet? Benarkah Babi Ngepet suka mencuri? Benarkah Babi Ngepet hewan jadi-jadian? Tahu kan Babi Ngepet?

Indonesia itu kaya akan keberagaman kebudayaan. Termasuk hal-hal yang berbau supranatural. Tiap daerah punya kisahnya masing-masing. Dari legenda rakyat, hingga seribu satu cerita mitos yang sarat misteri.

Cerita babi ngepet sendiri, identik dengan cerita Tuyul. Kesamaan dari cerita tersebut adalah memperoleh kekayaan dengan cara yang tidak lazim/halal.

Percaya atau tidak, bagi saya pribadi kisah babi ngepet merupakan sebuah cerita mitos yang belum bisa dibuktikan secara nyata. Baik dari sisi sejarahnya ataupun fakta.

Seorang pakar sejarah ekonomi Indonesia, Peter Boomgaard mengatakan, cerita babi ngepet tidak ada hubungannya dengan kekayaan yang muncul secara tiba-tiba.

Menurut Boomgaard, sekitar tahun 1900-an barulah cerita mitos babi ngepet ini beredar luas. Sedangkan di era pra kemerdekaan, uang sudah digunakan di hindia-belanda pada zaman Hindu-Budha dan Kerajaan Islam.

Ada pula yang beranggapan isu babi ngepet ini sengaja dibesar-besarkan. Awalnya sebagai pengalihan perhatian, kemudian berkembang menjadi cerita mitos, hingga dipercaya keberadaannya.

Penulis R. Tresna, dalam artikelnya, 'Bijgeloof Inzake Njegik', menyebutkan mitos babi ngepet itu berasal dari penuturan warga masyarakat setempat.

Kejadian itu bisa terjadi sebagai ujian bagi siapa saja yang ingin menjadi kaya dengan cara yang salah, yakni menjadi babi ngepet.

Namun, asal usul bagaimana seseorang bisa berubah menjadi babi, tak ada satu warga pun bisa menjelaskan. Hingga berkilah bahwa babi itu hewan jijik dan terkutuk.

Apakah mitos babi ngepet ada hubungannya dengan lemahnya cara berpikir?

Ada atau tidaknya, tergantung cara pandang kita menganalisis sesuatu. Melemahnya cara berpikir didasarkan akibat kentalnya mitos di tengah-tengah masyarakat.

Sehingga mampu membuat cara berpikir masyarakat kita tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan salah.

Informasi yang diterima secara mentah, tanpa dibuktikan dulu keabsahannya, mengakibatkan prasangka buruk, hingga berakhir pada main hakim sendiri.

Kasus-kasus seperti ini memang jarang terjadi, namun dampak yang di dapat memperlihatkan kurangnya pendidikan yang dikecap masyarakat kita.

Lemahnya cara berpikir disebabkan karena faktor sosial. Ketidaksukaan, perbedaan gaya hidup, percaya mitos, dan suka menilai sesuatu dari sudut pandangnya sendiri.

Berpikir jernih sangat diperlukan. Baik bagi kita yang sedang menghadapi masalah pandemi Covid-19. Mitos dan segala yang berbau mistis hanya sebagai pengalihan isu saja.

Sistem ekonomi kita sedang tidak sehat. Stabilitas ekonomi hanya gambaran luar yang tidak mencerminkan keadaan sebenarnya.

Sudah saatnya kita berpikir secara jenih dan terarah. Fokuskan perhatian kita pada kehidupan nyata, bukannya pada hal-hal mitos. Apalagi isu sekelas babi ngepet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun