Mohon tunggu...
Ramadianto Machmud
Ramadianto Machmud Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism

Email: ramadianto.machmud@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksistensi Agama Resisten

15 Januari 2021   09:44 Diperbarui: 15 Januari 2021   09:49 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehadiran agama menjadikan manusia terpecah. Polemik tidak mungkin hadir dengan sendirinya. Polemik agama sengaja diciptakan agar manusia terpecah belah. Apa bedanya tanpa ada agama? Mungkin dampaknya pasti lebih parah. Tapi, paling tidak manusia terpecah akibat keterbatasan wilayah dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Pra Agama memang sangat kelam. Manusia seakan hidup tanpa aturan, tanpa mengenal siapa dan untuk apa mereka hidup. Manusia hanya berjibaku dengan alam. Lagi-lagi, soal perut yang tidak bisa dikompromi. Apa bedanya dengan binatang? Bedanya hanyalah pada cara berpikir. Tapi, paling tidak cara berpikir manusia Pra Agama lebih manusiawi dibandingkan saat agama hadir.

Eksistensi Agama tidak lepas dari pengaruh budaya dan adat istiadat suatu wilayah dimana agama itu lahir dan disebarkan. Ajaran (dogma), tata aturan, hingga cara hidup terpaku pada satu sentral, yaitu "Sang Pencerah."

Bagi sebagian besar penganut agama tertentu  menganggap, eksistensi agama bisa dipertahankan dengan melakukan norma-etika yang dipandang mendahulukan keyakinan syariat daripada kedewasaan akal sehat. Hal ini sering menemukan konfrontasi antar sesama pemeluk, bahkan gesekan dengan pemeluk agama lainnya. Akibatnya perdebatan pun lahir dari komunikasi yang tidak matang.

Sikap ekstrem sering dijumpai pada kelompok tertentu yang menginginkan perubahan secara luar biasa, tanpa memikirkan dampak negatif dari sebuah ekspresi. Benar, bahwasanya agama tanpa ilmu pengetahuan adalah sebuah kekosongan dalam berpikir. Tetapi, ilmu pengetahuan bisa berjalan pada umumnya tanpa adanya agama.

Resistensi akan hadir di tengah kekecewaan atas apa yang tidak bisa dipastikan oleh ilmu pengetahuan manusia. Begitu pun sebaliknya,  baik sikap dan sifat dapat membentuk pribadi yang lebih offensive bagi dirinya maupun orang disekelilingnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun