Mohon tunggu...
Ramadhan Tosepu
Ramadhan Tosepu Mohon Tunggu... -

Mengisahkan seputar lingkungan, dan mewartakan nilai-nilai kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mungkinkah Ia Lesbian?

30 Mei 2015   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan lanjutan dari tulisan saya pada 16 Maret 2015 tentang “Pacaran dengan Bisex, Berteman dengan Gay”….rupanya setelah sekian lama Pronchap menjalin kasih dengan Suwhala, semua menjadi sirna ketika ia tahu Suwhala memiliki kekasih yang sejenis, ini menjadi perdebatan bathin yang kuat oleh Pronchap akan keadaan tersebut. Suwhala berusaha untuk meyakinkan Pronchap dengan berkata “Now I like man”, Pronchap tetap pada sikapnya untuk mencintai seorang wanita yang benar-benar wanita bukan seorang pencinta Bisex. Dengan sikap tegas pula Pronchap berucap “Yes, now you like man, but tomorrow you like girls”. Situasi semakin tidak terkendali, diam-diam kekasih Suwhala menghubungi Pronchap melalui media social, dia mengatakan “tolong jangan ganggu hubungan kami, cinta kamisudah semakin jauh”, tanpa pikir panjang Pronchap berkata dan berjanji pada kekasih Suwhala yang juga seorang perempuan, “baik saya tidak akan menganggu Suwhala, dan semoga kalian bahagia”. Sejak itu maka Pronchap tidak lagi berhubungan dengan Suwhala, dan ia pun mulai selektif untuk memilih pasangan hidup dengan super hati-hati.

Pertengahan bulan April 2015, Pronchap mengajak saya untuk mengikuti sebuah festival budaya yang dilangsungkan oleh salah satu perguruan tinggi di Bangkok, ia berkata kamu pasti tertarik karena malam ini akan ditampilkan budaya Indonesia dan akan banyak diahadiri oleh pelajar Indonesia di Bangkok. Tanpa fikir panjang, sayapun mengiyakan untuk mengahadiri acara tersebut, dan kamipun buat janji untuk pergi bersama. Keesokan harinya kami menghadiri acara tersebut, perjalanan yang cukup melelahkan karena harus melalui jalan yang macet ini membuat kami telat tiba di lokasi tersebut, rupanya acara telah berlangsung sekitar 20 menit yang lalu, dank arena telat maka kami duduk pada kursi paling belakang, sambil memperhatikan penyaji memaparkan budaya Indonesia, satu persatu saya perhatikan undangan yang hadir. Beberapa undangan saya kenal seperti perwakilan dari kedutaan Indonesia di Thailand, pelajar Indonesia, dan beberapa warga Negara Indonesia yang telah lama tinggal di Bangkok. Mata saya tertuju pada salah satu pelajar Indonesia, dan ia pun sempat melihat kami yang duduk dibelakang, dalam hati saya berujar “Setahu saya gadis ini menggunakan jilbab, tapi kok kali ini ia melepas jilbabnya…apa saya salah orang…”. Saya pun mengangap yah, kalau pun ia pelajar Indonesia itu hak dia untuk melepas jilbabnya, toh di Negara ini semua bisa terjadi. Bahkan wanita bisa menjadi laki-laki, dan sebaliknya laki-laki bisa menjadi perempuan, apalagi hanya melepas jilbab. Sayapun terus memperhatikan pemaparan penyaji, selang 15 menit dari kami duduk, tiba-tiba gadis itu keluar meninggalkan acara dan melewati kami dengan sedikit menunduk dan menghelai rambutnya yang panjang melewati bahu. Sampai acara selesai ia tak kunjung kembali, fikirku dia sudah pulang,tapi anehnya kalau ia pulang kenapa tasnya tidak dibawa serta dan dibiarkan berada di kursi tempat ia duduk.

Karena acara telah selesai, maka secara bersamaan saya dan Pronchap bersama staf kedutaan Indonesia meninggalkan acara dari lantai 4 dengan menggunakan lift, kejadian aneh kembali mewarnai perjalanan kami. Disaat kami akan keluar dari gedung tersebut, tiba-tiba dari arah kiri saya, yang kebetulan agak gelap. Saya melihat gadis itu bersembunyi di sudut gedung tersebut. Saya semakin berfikir kok dia memperlihatkan sikap yang aneh seakan-akan saya tidak melihatnya, yah untuk menjaga privasinya saya hanya berujar kepada Pronchap bahwa tadi saya melihat pelajar Indonesia yang bersembunyi didekat pintu keluar gedung itu, ia pun hanya tersenyum sambil berkata “wow it’s Indonesia student?, sambil berlalu kami pun pulang.

Seiring berjalannya waktu saya semakin penasaran dengan gadis itu, ilmu jurnalis yang saya pelajari zaman strata satu mulai saya gunakan dengan sedikit. Cara pertama mulai dengan memperhatikan dengan siapa ia berteman saatpertama kali kami bertemu dan pelajari perilaku mereka, dimana ia tinggal, pelajari pertemanan di media social, pelajari perkembangannya dan keanehan-keanehan yang muncul pada dirinya, dan yang terpenting adalah pelajari kejujurannya. Tentunya itu tidak mudah, namun sekali lagi ilmu Investigasi reporting itu bisa membantu. Sedikit demi sedikit saya mulai mengambil benang merah dari perilakunya. Hingga saya berkesimpulan sementara ia memiliki penyimpangan sexual Lesbian”.

Tentunya, itu adalah pilihannya yang kelak akan dipertangungjawabkan kepada keluarganya yang begitu mencintainya dan mengharapkan untuk meraih gelar magister di negeri gajah putih ini. Rupanya, dinegeri gajah putih ini trend LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender bukan Transjakarta) bukan saja dialami dan dilakoni penduduk negeri ini, tetapi perlahan pelajar Indonesia mulai mengambil bagian dari LGBT. Perkembangan selanjutnya, mungkinkah ia Lesbian? Dan jika ia lesbian, siapakah pasangannya? Sesama pelajar Indonesia ataukah warga Negara lain?, kisahnya segera terungkap

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun