Sehingga, jika dilihat dari kondisi masyarakat Indonesia, dakwah yang paling dibutuhkan adalah dakwah di kalangan generasi muda saat ini. Sehingga mereka tidak hanya cerdas secara kompetensi namun juga unggul dalam moralitas dan menjadikan Indonesia Maju 2045.
Menanam Bibit Yang Unggul
Sebuah ladang akan memberikan manfaat yang besar apabila ditanami bibit-bibit yang unggul. Begitu pula manusia, akan berguna dan memberi manfaat bagi masyarakatnya adalah ketika dirinya tertanam nilai-nilai yang luhur. Nilai-nilai kebenaran universal seperti ketaudihan, berpikir ilmiah, kerja keras, mencintai kebenaran, menjadikan surga sebagai cita-cita dan pembangunan masyarakat seimbang sebagai jalan menggapai cita-cita dan nilai-nilai kebenaran universal lainnya.
Ketauhidan berarti keimanan bahwa Allah adalah Sang Pencipta yang patut disembah, dan tak ada sesembahan lain selain Dia. Berpikir Ilmiah berarti menyelesaikan masalah kehidupan dengan akal dan ilmu pengetahuan terkait, tidak menyelesaikan masalah dengan ngawur, sederhana atau spekulasi yang berpotensi menyesatkan. Kerja keras berarti mengerahkan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam bekerja membangun masyarakat seimbang. Mencintai kebenaran berarti senantiasa ingin dekat dengan nilai-nilai kebenaran berani berkorban demi kebenaran, tidak betah dan merasa rindu jika jauh-jauh dari nilai-nilai kebenaran atau lingkungan yang mengondisikan kebenaran. Menjadikan pembangunan masyarakat sebagai jalan menggapai cita-cita surga berarti untuk mencapai surga kita kita harus berperan aktif dalam upaya pembangunan masyarakat.
Menyirami dan Memupuk secara berkala
Ketika bibit telah kita tanam, maka selanjutnya adalah merawatnya, menyirami dan memupuk secara berkala sehingga bibit-bibit kebenaran itu tumbuh dengan baik di ladang-ladang kita.
Dalam berdakwah, aktivitas ini sama seperti memberikan pemecahan masalah pada para mad'u agar senantiasa berada pada nilai-nilai kebenaran. Untuk kalangan remaja misalnya, rasa ingin tahu dan keberanian yang tinggi kadang membuat mereka bergerak mengabaikan peraturan dan nilai-nilai kebenaran. Kebutuhan akan perhatian dan pertemanan amat tinggi, jika para dai tidak bisa memberikan kebutuhan-kebutuhan itu pada mereka dan hanya sekedar menyampaikan saja tanpa memahami kebutuhan itu maka akan menyebabkan nilai-nilai yang tertanam tidak bisa tumbuh dengan optimal dalam diri mereka.
Menjauhkan dari Hama
Dalam dakwah, hama seperti lingkungan yang buruk yang melingkupi objek dakwah. Lingkungan ini bisa berupa lingkungan yang jauh dari ketuhanan seperti lebih memuja materi (kekayaan, jabatan, pasangan) dan lingkungan ini bisa datang dari mana saja, tergantung siapa saja lingkungan terdekat mad'u.
Dan hama tentu saja tidak langsung membuat tanaman mati, tapi perlahan namun pasti. Sebagai contoh, kita tentu akan menolak mentah-mentah untuk diajak perbuatan dosa-dosa besar seperti zina atau korupsi, namun lingkungan yang buruk bekerja perlahan memberikan nilai-nilai kebebasan, segala cara, menjadikan anekdot-anekdot yang secara tidak langsung menjadi sebuah kebenaran dan pada level tertentu ketika semua konsep-konsep keburukan itu sudah dianggap benar maka saat itu kita akan mudah melakukan dosa-dosa besar tanpa merasa bersalah atau menyesal. Dalam hal ini, tanaman kebaikan dan kebenaran yang sudah di besarkan dengan susah payah telah layu karena hama yang datang dari lingkungan yang buruk.
Untuk itulah Rasulullah dalam hadistnya menyuruh manusia untuk berteman dengan orang-orang yang saleh, yakni orang-orang yang ketika kita dekat dengannya maka kita akan senantiasa terkondisikan dalam kebaikan.