Mohon tunggu...
RAMADHANI YAMIRZA
RAMADHANI YAMIRZA Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas komputer indonesia

hobi berkuda, trail cross atau trabas, jalan jalan ke pantai atau gunung

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Waspada! Penipuan Berkedok Misi yang Menguras Uang Tanpa Henti

27 November 2024   03:25 Diperbarui: 27 November 2024   08:10 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukti Transaksi Kepada Penipu (Sumber:Hasil Foto Pribadi)

Halo, pembaca kompasiana cek fakta tentang penipuan online!

Pada era ekonomi yang masih sulit, beragam siasat dilakukan para pelaku online scam alias penipuan daring dalam mencari mangs. Ada yang Bernama “investasi”, “kemitraan”, “undian berhadiah”, maupun “menyelesaikan misi”. Anda mungkin percaya diri bahwa anda bisa menghindari penipuan semacam itu. Namun, tak bisa dipungkiri teman, saudara, orang tua, dan orang – orang di sekitar kita yang lengah lantas tergiur dengan janji manis sang penipu. Disini ada seorang yang terkena modus penyelesaian misi dan orang tersebut akan menceritakan kronologi, mengapa dia bisa terkena tipu? Mari kita baca dan jadikan sebuah pembelajaran.
 
Hati – hati Penipuan Berkedok “Menyelesaikan Misi” Menggunakan Aplikasi Telegram!

Ditengah situasi ekonomi yang penuh tantangan, siapa yang tidak tergoda dengan tawaran penghasilan tambahan yang tampak mudah? Sayangnya, banyak dari kita yang berkedok “menyelesaikan misi”, “investasi”, “kementrian”, atau bahkan “kerja paruh waktu dari rumah” alias Work From Home.

Modus penipuan seperti ini semakin merajalela, mengincar siapa saja dengan iming – iming keuntungan besar dan cara yang tampak simple. Akibatnya, banyak orang dari berbagai kalangan yang menjadi korban, tak hanya mengalami kerugian finansial, tetapi juga dampak psikologis yang mendalam. Waspadalah, karena tawaran yang terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.

 Beginilah cerita dari narasumber saya yang telat menjadi korban atas penimpuan mengiming – imingkan untung besar dan cara terlihat mudah hanya menyelesaikan sebuah misi.

Pada awalnya, saya diundang ke sebuah grup Telegram yang mengatasnamakan diri sebagai tiket.com. Sebenarnya, saya sudah sering menerima undangan serupa ke grup-grup lain dengan berbagai modus, mulai dari diminta untuk menyukai video TikTok, menonton cuplikan film, hingga mengikuti misi tertentu. Biasanya, setelah menyelesaikan beberapa tugas, saya menerima uang yang jumlahnya bervariasi, mulai dari Rp25.000 hingga Rp50.000. Namun, setelah dua atau tiga kali menerima transfer, mereka selalu meminta saya untuk melakukan top-up. Hingga saat itu, saya biasanya langsung berhenti dan tidak melanjutkan.

Namun, kali ini saya merasa ada yang berbeda. Setelah saya bergabung dengan grup tersebut, saya diberikan sebuah akun agen perjalanan dengan berbagai pilihan paket wisata dan tiket pesawat. Pada awalnya, misi yang diberikan masih terlihat sederhana dan gratis. Saya diminta untuk membeli tiket pesawat, dan setelah menyelesaikan tugas, saya menerima uang sebagai imbalannya. Saya pun merasa senang, karena mendapatkan uang tanpa melakukan banyak hal.

Setelah menyelesaikan beberapa misi, saya diminta untuk melakukan top-up pertama sebesar Rp150.000. Mereka menjanjikan bahwa jika saya menyelesaikan tiga misi lagi, saya akan mendapatkan dua kali lipat dari jumlah yang saya top-up. Dengan rasa ragu, saya memutuskan untuk mengikuti instruksi mereka. Namun, setelah menyelesaikan misi yang diminta, saya tidak bisa menarik uang yang saya peroleh. Mereka mengatakan bahwa ada misi tambahan yang harus diselesaikan untuk bisa menarik uang tersebut.

Seiring berjalannya waktu, mereka meminta top-up lebih banyak lagi. Jumlahnya semakin besar, hingga mencapai Rp800.000, dengan janji bisa mendapatkan dua hingga tiga kali lipat dari jumlah tersebut. Saya merasa semakin terjebak dan terus melanjutkan untuk top-up, berharap bisa mendapatkan kembali uang yang sudah saya masukkan.

Pada satu titik, mereka meminta saya untuk melakukan top-up terakhir sebesar Rp2.000.000. Saya mulai merasa ragu dan hampir berhenti, tetapi mereka meyakinkan saya bahwa ini adalah top-up terakhir dan setelah itu saya bisa menarik uang saya. Setelah top-up dilakukan, saya kembali dihadapkan dengan alasan yang sama—saya masih belum bisa menarik uang saya karena ada kesalahan teknis, dan untuk bisa menarik uang, saya harus melakukan top-up dua kali lipat dari saldo yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun