Dua minggu sudah sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di Adelaide, Australia Selatan untuk mengikuti program Australia Awards Fellowship yang diadakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) RI bersama Gender consorcium di Flinders University.Â
Selama setengah bulan berada di Negeri Kangguru, banyak hal terkait perkembangan isu disabilitas yang aku temukan. Â Saat menyaksikan berita di televisi, cukup sering muncul berita yang membahas National Disability Insurance Scheme (NDIS). Â
Beberapa pengajar di kelas juga sempat menyebut-nyebut tentang skema asuransi untuk penyandang disabilitas di Australia ini. Agaknya, isu tentang pembiayaan NDIS sedang menjadi  perdebatan di antara anggota parlemen di Australia. Â
Berbeda dengan di Indonesia, jarang sekali isu terkait penyandang disabilitas menjadi perdebatan para politisi, bahkan menjadi headline di berbagai media. Penasaran, aku pun mencari tahu lebih lanjut apa sebenarnya NDIS itu.
National Disability Insurance Scheme NDIS) merupakan cara baru pemerintah Australia untuk memberikan dukungan dana bagi penyandang disabilitas, keluarga dan pendamping mereka. Skema ini diatur dan didanai bersama oleh pemerintah negara bagian dan teritori Australia, dan pemerintah wilayah yang berpartisipasi.Â
 NDIS memfasilitasi sekitar 460.000 warga Australia di bawah usia 65 tahun dengan kondisi disabilitas permanen dan signifikan dengan dukungan yang wajar dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, seperti keterlibatan dalam aktivitas bermasyarakat, pekerjaan, layanan terapi, dan masih banyak lagi. Â
NDIS dimulai pada 1 Juli 2013 di beberapa lokasi uji coba di seluruh Australia. Selama tiga tahun masa percobaan, terdapat 30.000 penyandang disabilitas Australia mengikuti program NDIS.Â
Setelah uji coba yang sukses, NDIS memasuki periode transisi dengan dimulainya peluncuran nasional pada 1 Juli 2016. Saat ini, NDIS sedang diperkenalkan secara bertahap di seluruh Australia selama tiga tahun untuk memastikan apakah program ini dapat berjalan dengan baik dan apakah dapat terus berlanjut.
Agaknya, pemerintah dan penyedia layanan di Australia memiliki perhatian cukup besar terhadap warga Negara penyandang disabilitas. Menurut informasi yang aku dapatkan di internet, sejauh ini, NDIS  telah memiliki dana AUD $ 6,3 miliar sebagai biaya dukungan peserta, 75.567 peserta dengan rencana penggajuan NDIS yang disetujui, 88 persen peserta yang disurvei menilai pengalaman mereka baik atau sangat baik,  serta telah ada 6.814 penyedia layanan yang terdaftar untuk terlibat  dalam program ini.
Untuk menerima dukungan  secara individual dari NDIS, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.  Yang pertama, tentu saja bahwa pendaftar NDIS haruslah terbukti sebagai penyandang disabilitas permanen.Â
Selain itu, pendaftar NDIS merupakan warga Negara Australia yang berusia di bawah 65 tahun ketika mendaftar, serta tinggal di wilayah yang memang menyediakan layanan NDIS.
Ada banyak factor yang dibutuhkan agar seorang penyandang disabilitas dapat menjalani kehidupan yang mandiri sebagaimana individu pada umumnya. Â Hal-hal inilah yang akan difasilitasi oleh NDIS. Â
Bukan hanya  kebutuhan transportasi atau alat bantu mobilitas, lewat NDIS warga Negara Australia yang menyandang disabilitas juga dapat memperoleh dukungan berupa bantuan tugas rumah tangga, kebutuhan mengikuti pelatihan, hingga modifikasi rumah dan kendaraan.
Bukan hal mudah menjalankan program tingkat nasional yang membutuhkan banyak dana seperti halnya NDIS. Saat awal diluncurkan, banyak warga Negara penyandang disabilitas di Australia tidak yakin  bagaimana program NDIS dapat mendukung kebutuhan khusus mereka sehari-hari. Termasuk Stacy, seorang pengguna kursi roda elektrik  berusia 24 tahun yang tinggal di Melbourne. Â
Meski demikian, Stacy merupakan salah satu pendaftar pertama NDIS ketika program ini diluncurkan pada tahun 2016. Â
Namun, setelah menjadi peserta NDIS, ternyata ia benar-benar mendapatkan dana untuk hal-hal yang ia butuhkan, seperti kebutuhan dana untuk fisio terapi, Â dan bantuan untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga yang tidak bisa ia kerjakan sendiri karena kondisi disabilitasnya. Â
Stacy yang hobi traveling juga mendapat kursi roda elektrik baru lewat dana NDIS. Lewat tulisannya di clickability.com.au , Stacy bercerita, bahwa kursi roda elektrik sebelumnya yang ia miliki sudah berusia 8 tahun dan kondisi baterainya tidak memungkinkan baginya untuk bepergian jauh, sehingga ia tidak bebas melakukan hobinya untuk traveling secara mandiri. Tapi, dengan kursi roda barunya, ia pun dapat melakukan perjalanan keliling Eropa sendirian.
Agar dapat hidup secara mandiri dan setara dengan masyarakat pada umumnya, seorang penyandang disabilitas membutuhkan fasilitas pendukung.Â
Seperti halnya Stacy yang membutuhkan fisio terapi, bantuan mengurus rumah tangga, atau kursi roda elektrik---yang mana hal-hal ini tentulah tidak ia butuhkan jika ia bukan penyandang disabilitas. Dengan kata lain, hidup sebagai penyandang disabilitas memang membutuhkan biaya hidup yang lebih tinggi dibandingkan orang pada umumnya.
Maka, keterlibatan pemerintah untuk memfasilitasi warga Negara penyandang disabilitas sebagaimana dilakukan pemerintah Australia lewat NDIS sangat membantu meringankan beban hidup penyandang disabilitas.Â
Belajar dari Australia yang telah jauh berkembang dalam pemenuhan hak warga Negara penyandang disabilitas, aku berharap pemerintah Indonesia juga bisa menjalankan program seperti NDIS di masa mendatang. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H