Meski judul audio book hanya ratusan---yang pasti jauh berbeda dengan buku versi cetak, tapi menurutku keberadaan audio book di perpustakaan kota seperti ini sudah menjadi nilai tambah tersendiri. Pasalnya, masih sangat jarang perpustakaan kota di Indonesia yang menyediakan buku aksesibel untuk tunanetra. Kalau pun ada, biasanya lebih banyak buku Braille dengan jumlah judul buku yang terbatas dan kurang update dengan terbitan baru.
Untuk mengetahui judul buku yang tersedia, kita bisa mencarinya lewat katalog online perpustakaan. Lalu, Â saat datang ke perpustakaan, pengunjung tunanetra dapat menemui Customer Service yang akan membantu mencarikan judul buku yang diinginkan.Â
Clara mengajakku ke salah satu sudut perpustakaan. Di sana terdapat sebuah rak memanjang yang berisi koleksi audio book yang mereka miliki. Ada berbagai macam genre, baik fiksi maupun nonfiksi. Â Â
Untuk genre fiksi pun bermacam-macam jenisnya, seperti romance, drama, fantasi, horror, Â dan lain-lain. Â Formatnya MP3, jadi audio book dapat didengarkan lewat MP3 player sebagaimana mendengarkan CD lagu. Sayangnya, City Library of Adelaide tidak menyediakan fasilitas MP3 player, sehingga pengunjung tunanetra harus meminjam audio book dan membawanya pulang untuk mendengarkan isi buku di rumah.
Kuambil salah satu buku di rak. Audio book tersimpan dalam kotak DVD dengan cover yang menarik sebagaimana cover buku print pada umumnya, disertai dengan synopsis di cover belakang kotak DVD tersebut.Â
Selain itu, pada kotak DVD juga tertera informasi berapa lama durasi audio book tersebut. Semakin banyak jumlah halaman pada buku cetak, maka semakin panjang juga durasi versi audio book-nya. Â Dengan ramah, Clara menyebutkan judul buku yang kupegang dan membacakan synopsisnya. Benar-benar petugas perpustakaan yang ramah disabilitas.
Selain audio book, mereka juga mempunyai koleksi digital yang bisa diunduh di website setelah kita memiliki membership card. Di Virtual Library, Â anggota perpustakaan dapat mengakses eBook, mengunduh film dan majalah, mengakses Koran dan ensiklopedia secara online. Â Â
Di era teknologi seperti ini, di mana tunanetra sudah dapat mengakses komputer dan internet menggunakan bantuan software pembaca layar, mengedepankan format buku digital sangatlah membantu.Â
Dengan cukup bervariasinya jenis bahan bacaan pada koleksi digital yang mereka miliki, kupikir tunanetra di Australia bisa lebih mudah meminjam buku dan memperoleh bahan bacaan dari mana saja---tidak harus bersusah-susah datang ke lokasi perpustakaan.
Hal menarik lainnya, City Library of Adelaide juga memiliki layanan yang disebut Home Service Library.  City Library  menawarkan layanan pengiriman pinjaman buku ke rumah secara gratis untuk warga Kota yang tidak dapat mengunjungi perpustakaan karena sakit (jangka pendek atau panjang), disabilitas, serta ketidakmampuan untuk membawa barang-barang secara fisik ke rumah.Â
Layanan seperti ini sangat membantu bagi tunanetra ataupun penyandang disabilitas fisik yang memiliki hambatan mobilitas untuk bepergian keluar rumah. Dengan begitu, setiap orang akan memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh bahan bacaan dan membangun kapasitas diri lewat membaca buku.*