Mohon tunggu...
Ratih Ramadhani
Ratih Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya olahraga badminton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Empati Dari Martin Hoffman

18 Januari 2025   13:53 Diperbarui: 18 Januari 2025   13:53 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Empati dari Martin Hoffman adalah sebuah pendekatan psikologis yang menjelaskan bagaimana individu dapat merasakan dan memahami perasaan orang lain melalui mekanisme empati. Hoffman, seorang psikolog perkembangan, mengemukakan teori empati yang lebih komprehensif dengan menekankan pentingnya empati dalam perkembangan sosial dan moral individu. Dalam pandangannya, empati bukan hanya tentang merasakan apa yang dirasakan orang lain, tetapi juga mengenai keterlibatan kognitif yang lebih dalam dalam memahami dan merespons perasaan orang lain.

Dasar Teori Empati Hoffman

Hoffman berpendapat bahwa empati adalah proses yang melibatkan keterampilan kognitif dan afektif. Keterampilan ini berkembang seiring dengan usia dan pengalaman hidup, mulai dari tahap yang paling sederhana pada masa kanak-kanak hingga bentuk yang lebih kompleks pada orang dewasa. Menurutnya, empati tidak hanya mencakup reaksi afektif terhadap perasaan orang lain, tetapi juga kesadaran dan pemahaman kognitif terhadap kondisi dan situasi orang tersebut.

Dalam teori ini, Hoffman mengidentifikasi beberapa tahap perkembangan empati yang dialami individu sepanjang kehidupan mereka. Tahap-tahap ini menggambarkan bagaimana empati berkembang secara bertahap dan berfungsi dalam konteks sosial yang lebih luas.

Tahap-Tahap Perkembangan Empati

1. Tahap Reaktif (0-2 tahun): 

Pada usia dini, bayi merespons secara emosional terhadap perasaan orang lain tanpa benar-benar memahami atau mengidentifikasi perasaan tersebut. Misalnya, seorang bayi mungkin menangis ketika mendengar suara tangisan bayi lain, meskipun bayi tersebut tidak sepenuhnya memahami mengapa bayi lain menangis.

2. Tahap Identifikasi (2-4 tahun):

 Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan tanda-tanda empati yang lebih sadar. Mereka mulai dapat mengenali dan memahami perasaan orang lain, meskipun pemahaman ini masih terbatas. Misalnya, anak kecil mungkin merasa sedih ketika melihat temannya terjatuh, dan mereka cenderung mencoba menghibur temannya dengan cara yang sederhana.

3. Tahap Pemahaman Emosional (4-6 tahun):

 Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi orang lain dan mengerti lebih dalam tentang perasaan orang lain. Mereka bisa memahami bahwa orang lain mungkin merasakan sesuatu yang berbeda dari apa yang mereka rasakan, dan mulai menggunakan bahasa untuk mengungkapkan empati mereka.

4. Tahap Empati Kompleks (6 tahun ke atas): 

Pada tahap ini, anak-anak menjadi lebih mampu mengerti situasi sosial yang lebih kompleks. Mereka tidak hanya merasakan apa yang dirasakan orang lain, tetapi juga dapat menilai dan merespons secara lebih terstruktur sesuai dengan norma sosial dan moral yang berlaku. Pada usia ini, empati mulai berkaitan dengan perkembangan moralitas, di mana anak-anak belajar bagaimana menunjukkan empati berdasarkan pemahaman nilai-nilai sosial yang lebih luas.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati

Hoffman juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan empati seseorang, antara lain:

Lingkungan Sosial: Interaksi dengan orang tua, teman sebaya, dan masyarakat secara keseluruhan sangat memengaruhi perkembangan empati. Pengasuhan yang penuh perhatian dan positif dapat mempercepat perkembangan empati pada anak-anak.

Pengalaman Sosial: Anak-anak yang memiliki pengalaman sosial yang beragam, seperti berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, cenderung mengembangkan kemampuan empati yang lebih kuat. Mereka belajar untuk memahami dan menghargai perbedaan individu.

Pengaruh Emosional: Perasaan orang tua dan pengasuh terhadap anak juga mempengaruhi pengembangan empati. Anak-anak yang merasa dipahami dan dihargai akan lebih cenderung menunjukkan empati kepada orang lain.

Peran Empati dalam Perkembangan Moral

Bagi Hoffman, empati memainkan peran sentral dalam perkembangan moral. Empati membantu individu untuk memahami konsekuensi tindakan mereka terhadap orang lain dan untuk merasakan penderitaan atau kebahagiaan orang lain. Hal ini membentuk dasar dari sikap moral dan etika, karena individu yang empatik cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang dianggap benar atau salah dalam konteks sosial mereka.

Kesimpulan

Teori Empati Martin Hoffman memberikan gambaran yang jelas mengenai bagaimana empati berkembang seiring waktu dan bagaimana hal itu berfungsi sebagai dasar penting dalam pembentukan hubungan sosial dan moral. Dari reaksi dasar pada masa bayi hingga pemahaman yang lebih kompleks pada masa kanak-kanak dan dewasa, empati berperan sebagai alat untuk membangun koneksi emosional yang mendalam dengan orang lain. Dengan demikian, empati bukan hanya sekedar respons afektif, tetapi juga merupakan elemen penting dalam perkembangan

 moral dan sosial individu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun