Mohon tunggu...
R Hady Syahputra Tambunan
R Hady Syahputra Tambunan Mohon Tunggu... Sales - Karyawan Swasta

Pemerhati Politik Sosial Budaya. Pengikut Gerakan Akal Sehat. GOPAY/WA: 081271510000 Ex.relawan BaraJP / KAWAL PEMILU / JASMEV

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dahnil Anzar Simanjuntak "Jewer" Media Indonesia

1 Juni 2019   23:38 Diperbarui: 2 Juni 2019   23:30 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: ss mi pada 1Juni 2019, berita diulang2

#DahnilAnzarDipanggilPaksaPolisi #DahnilAnzarJewerMediaIndonesia #DahnilAnzarSebutMITidakbenar #DahnilAnzarSebutMISukaSebarHoax

"Lagi lagi @mediaindonesia tdk melakukan kinerja jurnalisme yang benar, dan hobi menyebar hoax, itu pernyataan kemarin yg karo humas tdk berkoordinasi dengan pihak polda. Pengacara BPN, Bang @Don_dasco sd menyampaikan terkait kehadiran sy, Romo Syafii dan Gus Irawan sbg saksi. Stop Hoax". Cuit Dahnil Anzar di twiter (lihat foto s.s diatas)

Agaknya Media Indonesia (MI) mesti menerbitkan klarifikasi. Pasalnya Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak ngetwit seakan 'menjewer' grup kepunyaan Surya Paloh tersebut.

Media cetak dan online yang bersaudara dengan Metro TV ini ditegur atas pemberitaan mengenai ketidakhadiran Dahnil atas panggilan Polda Sumatra Utara (Sumut).

Dalam pemberitaan media indonesia (penulis juga sempat crosscheck) terdapat pernyataan dari Kabid Humas Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan yang menyatakan Dahnil akan dijadwalkan pemanggilan ulang kedua setelah ketidak hadiran pada pemanggilan pertama di tanggal 24 May 2019 lalu.

MP Nainggolan bahkan menyebut adanya kemungkinan upaya pemanggilan paksa bila Dahnil tetap mangkir.

Dokpri: twit dahnil pertama sebelum ada penjelasan penyebab menjewer mi
Dokpri: twit dahnil pertama sebelum ada penjelasan penyebab menjewer mi
Penulis sempat heran saat membaca isi twit Dahnil itu. Pemberitaan mana yang membuat Dahnil sampai 'menjewer' MI? Karena twit pertama Dahnil hanya menyebut "MI tidak benar kerja jurnalistiknya juga suka menyebar hoax".
Dokpri: ss mi pada 28 May 2019
Dokpri: ss mi pada 28 May 2019
Penasaran, penulis segera ngegugel.. #dahnilMediaIndonesia dan ternyata penulis menemukan artikel berita MI yang mungkin telah membuat Dahnil kesal.
Dokpri: ss mi pada 1Juni 2019, berita diulang2
Dokpri: ss mi pada 1Juni 2019, berita diulang2
MI terbitkan ulang berita yang sebenarnya sudah tidak update. Dahnil telah memberi alasan atas ketidakhadirannya karena surat pemanggilan dari Polda Sumut belum diterima beliau.

Di artikel pertama, MI jelas menulis alasan ketidakhadiran Dahnil tersebut pada isi artikel. MI menyebutkan pernyataan Dahnil secara detil.

Tapi ada berita lain yang kemudian terbit dan seakan menyudutkan Dahnil, #tiket pesawat mahal, Dahnil belum penuhi panggilan Polda Sumut#

Yang lucunya, tidak ada sama sekali pernyataan Dahnil di isi artikel MI yang menyinggung ketidakhadirannya karena persoalan harga tiket.

Akibat isi artikel sangat kontras dengan judul maka penulis membatin, "ada yang salah dengan MI", "MI sedang bermain framing nih"..

Penulis mendapatkan jawaban ketika terbit penjelasan Dahnil pada twit kedua (ss paling atas). Disitu terlihat Dahnil seakan2 menjelaskan upaya MI menggoreng ulang untuk memframing. sadisnya lagi, framing itu tanpa ada konfirmasi ulang kepada Dahnil.

Dokpri: ss berita satu 28 May 2019
Dokpri: ss berita satu 28 May 2019
Penulis kaget ketika mengetahui ternyata MI seakan mengemas ulang berita 4 hari lalu yang juga terbit di media lain. Lebih kaget lagi bila ternyata kemasan ulang itu kemudian dibungkus dengan narasi baru.

Sempat viral pada 28 May 2019 lalu dan kemudian dikloning media2 kecil, Dahnil melalui tim kuasa hukum BPN mengkonfirmasi langsung kepada jajaran Polda Sumut.

Menurut Dahnil, Kabag Humas ternyata tidak berkoordinasi dengan penyidik Polda Sumut sehingga pemberitaan 'pemanggilan paksa' tersebut tidak tepat dan harusnya diklarifikasi.

Penulis memahami upaya klarifikasi dari Dahnil itu agar tidak ada penggiringan opini seakan2 Dahnil sengaja mangkir, tak kooporatif dengan penegak hukum atau mungkin bisa jadi lebih parah yaitu seakan2 Dahnil-lah tersangka makar.

Dokpri: ss kompas
Dokpri: ss kompas
Penulis sempat mencari pemberitaan dari media lain. Penulis menemukan video Dahnil mengklarifikasi ketidakhadirannya lengkap beserta alasannya di Kompas Group dan itu telah terbit beberapa hari lalu.

Isi berita ternama seperti Kompas, Detik, Liputan 6 dan Viva rata2 fokus membahas Ani Yudhoyono yang wafat siang tadi di Singapura. Belum ada yang memunculkan kembali ulasan itu dihari ini.

Kesimpulan penulis, hanya 1 media besar tadi saja yang masih menggoreng ulang. Media berita satu memang 4 hari lalu sempat mengulas, tapi tidak terlihat ulasan ulang apalagi memaksakan opini yang dibuat2. Penulis apresiasi Kompas yang masih dikategorikan netral.

Nalar sehat kita pasti akan curiga bila melihat ada media ternama dengan dewan redaksi yang berisi nama2 besar dalam jurnalistik tetapi pada hari ini (1 Juni 2019) mengulas berita basi (28 May 2019) lalu bermain framing tanpa dasar.

Penulis sekedar saran saja, harap bang Dahnil melaporkan kejadian ini ke dewan pers untuk mediasi agar MI dalam pemberitaan berikutnya kembali berjalan menurut etika dan kepatutan.

Kedepannya kita perlu mengkritisi media yang bernarasi curang agar tidak terulang kembali dugaan kesalahan dalam pemberitaan, apalagi bila menyangkut nama baik seseorang.

Sikap memihak dapat saja  dilakukan dan itu hak redaksi media. Namun dalam bernarasi jangan sampai terlalu kentara curang dan culas-nya karena media massa alangkah baiknya bebas dari kepentingan2 pemilik dan dewan redaksi.

Selama oknum di media main mata dengan keberpihakan politik tanpa mengedepankan etika dan akal sehat maka.. "kapan hoax akan punah"?

R. Hady Syahputra Tambunan. Seorang karyawan dan pelaku media pemberitaan publik. Partisan politik namun netral dalam pemberitaan di media massa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun