Mohon tunggu...
Ramadhan G.G
Ramadhan G.G Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sederhana tapi rumit

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kuplet yang Dipenggal

28 April 2014   18:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:06 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

izinkan aku meludahi orang-orang yang memenggal leher dan tubuhku,
seolah-olah aku ini anjing kudis di dalam kepompong,
yang tidak berhak bermimpi menjadi kupu-kupu!

/Kuplet Pertama/
ayah yang sekarat memanggul anak-anaknya di atas punggungnya,
ibu yang tabah; ia menangis di atas tubuh ayah, hingga merendam
sebagian darinya, dan membentuk pulau-pulau di wajahnya

air laut yang asin adalah air mata ibu yang miskin.

lalu mereka menyanyikan puji-pujian yang sedih,
meskipun ibu menciptakan komposisinya dari nada-nada yang mayor;
mengetahui hanya kepala ayah yang utuh, mereka menangis
sambil mengibarkan bendera yang dilumuri darah dari bangsa serumpun

ibu meninggal sendirian, jiwanya penasaran
dan ia berkata; “aku kelaparan, dan kalian malah bernyanyi
seperti dengkuran seorang peminta-minta!”

dan mereka akan menyanyikan kuplet pertama dan terakhir,
sampai kiamat tiba di pangkuan ibu yang getir;

/Kuplet Kedua/
ayah yang sekarat kehilangan lehernya dan tangannya dan pinggangnya
buyutnya pernah menyampaikan pesan melalui udara
yang dicengkram burung garuda selama berabad-abad;
“Do’a lebih kuat dan gagah dari sejuta Sultan dan pasukannya!”

lalu mereka ketakutan dengan do’a-do’a yang merantai di leher ayah,
dan sekujur tubuhnya;
mereka mencincang tangannya, dan mengiris-iris tubuhnya
dan melemparnya ke samudra Hindia;
lalu keparat itu berkata; “semoga subur tanah dan jiwaku!”

dan mereka akan menyanyikan kuplet pertama dan terakhir,
sampai kiamat tiba di pangkuan ibu yang getir;

/Kuplet Ketiga/
dan mereka akan menyanyikan kuplet pertama dan terakhir,
sampai kiamat tiba di pangkuan ibu yang getir;
dan mereka akan menyanyikan kuplet pertama dan terakhir,
sampai kiamat tiba di wajah ayah yang getir

------------------------

Depan Istana, 2014

Sumber Gambar; Society6.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun