1
Aku menari.
Bukan kebahagiaan.
Semata bayang-bayang yang hilang pergi.
Aku berlari.
Bukan kebebasan.
Semata debu-debu yang terbang tinggi,
dari sisi lain angin!
Sesuatu berbisik di telinga,
berkata mengubah nasib.
Aku bermimpi tentang kemuliaan.
2
Di ujung rasa sakitku
kudengar tangis.
Lihatlah aku: kusampaikan apa yang kusebut
hidup.
Darah-darah, jeritan nyeri, getaran tangan suami.
Lalu tenang. Bulan tersenyum lembut
pada selimut putih.
Betapa sulit melawan
saat kekuatan
terkuras dalam tubuh rapuh.
Lalu semua berubah: yang kucemaskan,
menjadi malaikat yang tak henti bersuara,
terlahir dengan cepat, kulit yang halus
dan merah. Dan yang kugenggam ternyata
anakku yang terbaring di dadaku hangat.
Kau yang tak tahu
perjuangan dari dunia ini
kubisikkan kepadamu aku sangat bahagia: apa pun
yang hilang dari ingatanku akan kembali
untuk mendengar suaramu;
dari rahimku terbit
kehidupan baru, sinar mata coklat
pada wajah mungil lucu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H