Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mantan Guru • S1 Bahasa dan Sastra Indonesia • Bergiat di Kembara Rimba dan Salam Semesta • Warga Gg. Mangga Garis Lurus

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malam Hari di Sebuah Puisi

9 Mei 2019   01:01 Diperbarui: 9 Mei 2019   01:45 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

i

Malam hari di sebuah puisi

kau terjaga, membaca diri sendiri

dengan lagu Bayyati. Setelah itu

mencium wajah sendiri dan bumi.

Lalu kau mengecup kening lapar,

yang berbaring di ruang kata;

seharian suntuk ia menunggu gerimis

yang beku itu meleleh dicampur

larutan senja; ia juga telah selesai

menghitung nasi yang berserakan

di meja kerja.

ii

Malam hari di sebuah puisi

kau terjaga, melihat sisa-sisa siang

yang hangat pada kelopak mata.

Kau mengenakan kota di tubuhmu,

kemudian membayangkan

mimpi buruk apa yang akan

mengganggumu jika kau tertidur

tanpa memeluk doa. Sinar lampu

seburam cahaya bulan di tengah

teduh, menerangi sebatang pohon

yang kabur oleh kabut.

iii

Malam hari di sebuah puisi

kau terjaga, membayangkan diri sendiri

yang tak pernah ada.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun