Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mantan Guru • S1 Bahasa dan Sastra Indonesia • Bergiat di Kembara Rimba dan Salam Semesta • Warga Gg. Mangga Garis Lurus

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Upaya Melewati Sebuah Pintu

25 November 2017   01:41 Diperbarui: 25 November 2017   02:00 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pinimg.com

Kita lewati pintu pertama ke pintu lainnya

melalui hari-hari yang berlubang

yang terbuat dari lorong dan gang-gang sepi

yang sembunyi di atas kota

di antara tiang lampu taman yang beku dan pohon

di celah otot yang tegang dan perasaan lapar

di mana mimpi-mimpi terbang

tempat sekelompok burung mandi dan

memecah kesedihan

yang dingin dan mengeras:

di sanalah kita tertidur tanpa mantel dan pelukan.

Sementara kita masih meneguk ludah dan mengudap kesedihan

di planet yang sama,

di rumah apung berwarna hijau

tergantung di tengah kegelapan mata yang buta

di antara lampu-lampu yang berkedip di luar jendela

dan langit-langit

yang terbelah dalam kepala picasso:

aku melihat bagaimana mesin dan tv bekerja,

berputar dan terjungkir,

aku menyaksikan anak balita merasa mual dan pusing

menemukan cara untuk tertawa

di tengah keramaian dan merasa tersembunyi

di celah rerumputan dan daun yang gugur

dan di sana aku melihat sebuah pintu,

hari yang terang dan sebuah ciuman,

api unggun yang hangat di antara dua musim,

sebuah mantel bulu,

matahari pertama di musim kemarau basah.

Aku punya jalan yang sama, memanjang---

dan membelah kebun binatang;

tidak ada jalur pintasan hanya untuk merusak sepatu

dan duduk di depan pintu

yang selama ini hilang dari rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun