hujan memenuhi muka jendela di dekat wajah itu. malam hari, bisa jadi, dalam mimpi yang tumpah ke planet ini, kamu temukan seseorang yang membawa obor, yang tubuhnya ditumbuhi lumut di antara gedung dan apartemen yang rapuh. seperti lampu di tengah kabut, ia kabur. hujan di depan matamu mematikan obornya. segalanya akan hilang jika kau bangun tidur.
cermin hancur di dalam kamarnya. beri ia kopi. setelah itu, mungkin kau dapat menyaksikan hujan lain yang lebih lembap dari taman tundra.
sekarang ia sibuk melihat bunga, kemudian membayangkan apa yang terjadi setelah bunga kecil itu tenggelam dan kehilangan keberadaannya di planet ini. ia menggambarnya di jendela, bukan di kertas, tapi di kaca, yang bening, dan bicara pada dirinya sendiri; mungkin aku, lucu juga. susu yang belum diteguk itu kehilangan warna putihnya.
di luar sana, hujan mengapung dan berjatuhan di antara orang-orang yang telanjang, sementara ia mendengar suaranya sendiri mengetuk-ngetuk cermin, melontarkan banyak ingatan. bulan sakit, tidur kebingungan mencari sebuah kamar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H