Aku mengagumi Mereka,
seperti ketika mataku melihat ladang-ladang gandum
dan rempah keberkahan.
Aku memang tak memiliki hati mereka,
namun merdu suaranya merasuki khayalanku dan cintanya bagaikan lampu-lampu yang memagari jalan pengetahuan.
Duka cita yang menghantamnya,
remuk menjadi sebuah kenikmatan.
Layaknya Utusan yang membagikan roti keberkahan
kemudian muncul letupan air pada gurun yang kering.
Mereka adalah Penyair,
makna dan keindahan yang terkandung dalam kekuatan serta kelemah lembutan cinta.
Jika air mata hanya sanggup menikam jiwa-jiwa yang patah hati,
namun buah karya mereka mampu melahirkan tangis pencerah keputus asaan dan membangkitkan beribu gelak tawa kelegaan.
Mereka adalah ruh Ilmu yang nilainya lebih panjang dari pada hidup itu sendiri.
Merekalah para seniman yang menyertai sayap-sayap kehidupan,
terbang
menyinggahi sangkar-sangkar lamunan
dan menembus ruang kasih gairah keindahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H