Mohon tunggu...
Muhammad FahrezaRamadhan
Muhammad FahrezaRamadhan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Belajar mengenai berbagai macam cerpen, cerita bersambung, games,teknologi dan juga transportasi yang selalu update.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pilihan

29 Juli 2022   08:33 Diperbarui: 29 Juli 2022   08:42 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

21 Januari 2017 tepat pada saat hari Anniversary ke-3 hubungan antara Dionysius Nugroho yang merupakan seorang seminaris Medan Madya dengan Anastasya Aurel seorang murid dari SMA lain, sekaligus sahabat Dion sejak lama sebelum mereka menjalin hubungan. Mereka begitu dekat, begitu romantis bagaikan sebuah bunga mawar dengan kupu-kupu yang hinggap diatasnya. Di hari itu juga Dion memiliki jadwal untuk wawancara sebelum Retret Electio oleh Romo Pamongnya.

"Dion saya ingin bertanya, apakah kamu saat ini sedang berpacaran?" Tanya Romo itu secara tiba-tiba setelah Dion menceritakan semuanya, termasuk sahabatnya atau kekasihnya itu kepada Romo Pamongnya yang disamarkan hubungan mereka berdua.

"Saya tanya sekali lagi Dion, apakah kamu saat ini sedang berpacaran?" Tanya Romo itu sekali lagi, namun dengan nada yang lebih lembut, karena melihat ketegangan di wajah Dion.

"Iya Romo saya saat ini sedang berpacaran dengan sahabat yang ceritakan tadi itu." Jawab Dion dengan nada sedikit takut dan juga ragu-ragu, karena dia tahu kalau dia seharusnya tidak berpacaran.

"Baik. Terima kasih atas kejujuranmu. Cobalah kamu renungkan pertanyaan ini, apakah aku pantas menjadi seorang imam jikalau aku malahan berpacaran? Renungkan itu ya Dion dan berikan jawabanmu ketika wawancara nanti di Retret Electio nanti." Nasihat dari Romo Pamongnya yang membuat dia diam seketika dan dia hanya bisa menganggukan kepalanya. Dion mulai dirubungi oleh perasaan ragu untuk memilih.

Setiap hari Dion merenungkan pertanyaan dari Romo Pamongnya itu. Dia benar-benar takut kalau Ana hanya akan menganggapnya lelaku yang tidak tahu diuntung karena sudah menyakiti perasaannya dan menjauhinya. Dion menutupi semua itu dengan cara bertopeng seolah-olah tidak ada yang akan terjadi pada dirinya sendiri dan teman-teman angkatannya sendiri tidak ada yang menyadari akan perasaan Dion saat itu juga. Seminggu sebelum Retret Electio Dion menghubungi Ana untuk berbicara dengannya mengenai hubungan mereka dan menenangkan pikirannya. Dia meminta izin kepada Romo Pamongnya untuk menelepon Ana dan diperbolehkan.

"Hai Ana." Sapa Dion di telepon dengan menjaga nada suaranya supaya tidak dicurigai oleh Ana.

"Hai Dion, gimana kabarnya?" Sapa Ana dari balik telepon.

"Aku baik-baik saja. Aku tahu kamu pasti juga baik-baik saja saat ini. Aku bener-bener rindu sama kamu Na. Kamu rindu ngga sama aku?" Basa-basi dari Dion untuk melepaskan kenangan-kenangan yang akan dia lewati nantinya.

"Tentu saja aku rindu sama kamu. Banget malahan. Katanya seminggu lagi kamu Retret Electio sama bulan depan kamu muncakkan?" Tanya Ana secara tiba-tiba sehingga membuat hati Dion makin ragu-ragu untuk memilih, dia ingin menjadi seorang Imam, namun dia tidak ingin menghentikan hubungan mereka berdua.

"Iya minggu depan aku udah mulai Retret sama bulan depan udah mau muncak." Jawab Dion dengan nada yang benar-benar khawatir akan sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun