Mohon tunggu...
Ramadan
Ramadan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penuntut Ilmu

Reading Book & Businis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relavansi Konsep Pendidikan Imam Ghazali Dalam Era Moderen Di Indonesia

17 Desember 2023   14:05 Diperbarui: 17 Desember 2023   14:12 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan menempati peran penting dalam perkembangan masyarakat, dan konsep pendidikan yang relevan dengan zaman modern menjadi perhatian utama. Dalam konteks Indonesia, pemikiran Imam Ghazali, seorang cendekiawan Islam terkemuka, memiliki relevansi yang signifikan. Imam Ghazali menekankan pentingnya pengembangan spiritualitas dan akhlak dalam pendidikan, yang sesuai dengan kebutuhan zaman modern di Indonesia yang bergejolak serba instan. 

Artikel ini akan mengeksplorasi konsep-konsep pendidikan Imam Ghazali dan relevansinya dalam konteks pendidikan di era modern Indonesia, serta dampaknya terhadap pembentukan karakter dan moralitas generasi masa depan, Imam Al-Ghazali adalah seorang tokoh pemikir Islam yang memiliki konsep pendidikan yang sangat relevan dalam era modern di Indonesia. Konsep pendidikan ini didasarkan pada empat klasifikasi ilmu, yaitu ahlak, hukum, besar, dan sabar dalam tulisan ini nantinya akan membahas pandangan pemikaran tokoh Imam Ghazali dalam relavansinya pendidikan era moderen yang ada diindonesia.

Dari hasil penelusuran, kondisi akhlak didik di Indonesia pada era modern saat ini menunjukkan beberapa permasalahan. Beberapa faktor yang disebutkan sebagai penyebab merosotnya akhlak dan adab antara lain adalah pengaruh globalisasi, kurangnya pendidikan yang menekankan nilai-nilai agama, serta dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Beberapa sumber juga menyoroti pentingnya pendidikan akhlak bagi anak di era digital dan menekankan perlunya menanamkan nilai-nilai kesederhanaan serta melatih peserta didik untuk mampu mengendalikan diri. Selain itu, terdapat kritik terhadap kurangnya budayanya akhlak mulia di masyarakat, yang menunjukkan masih pentingnya manajemen akhlak khususnya bagi peserta didik di berbagai tingkatan dan jenis lembaga pendidikan. Maka melihat kondisi peserta anak didik yang ada di Indonesia maka penulis tertarik untuk mengupas Relavansi konsep pendidikan yang di gagas langsung oleh Imam Ghazali.

Biografi Singkat Imam Ghazali 

Imam Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, ia lahir di Ghazale suatu kota kecil yang terletak di Tus wilayah Khurasan pada tahun 450 H/1059 M dan meninggal pada tahun 505 H/1111  M (Khan & Syapei, 2005). Ayahnya seorang pemintal wol, yang selalu memintal dan menjualnya sendiri di kota itu (Sulaiman & Hasan, 1993). Semasa hidupnya dari sejak kanak-kanak hingga dewasa, ia pernah belajar kepada beberapa guru antara lain kepada: Ahmad bin Muhammad Ar-Radzikani di Tus, Abi Nashr al-Ismaili di Jurjani, dan al-Juwaini, dan  Imam al-Haramain. Imam Al-Ghazali memang orang yang cerdas dan sanggup mendapat  segala  sesuatu  yang  tidak  sesuai  dengan  nalar  yang jernih,  hingga  al Juwaini  memberi predikat  sebagai  orang  yang  memiliki  ilmu  yang  sangat  luas  bagaikan  "Laut  yang  dalam  nan menenggelamkan" (Bahrun Mughriq) (Nata, 2001). 

Pada tahun 484, di usia 34 tahun, Imam Al-Ghazali mendapat panggilan dari Nizhamul Mulk untuk  mengepalai  Madrasah  Nizhamiyah  di  Bagdhad, dan  dilantik  sebagai Syaikh  al-Islam  untuk mengetuai para Syaikh (Masyaikh, Tim Guru Besar/Profesor) pada madrasah yang terdiri dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi tersebut. Selama di Baghdad, banyak ulama ternama dari berbagai negeri bertandang kepadanya, baik untuk berdiskusi  maupun untuk berdebat,  hingga akhirnya ia  diakui  sebagai otoritas ilmu yang tak tertandingi. 

Keutamaannya adalah bahwa ia menguasai berbagai disiplin ilmu mulai dari ilmu bahasa (Arab),  ilmu  fiqh dan  ushul  fiqh, ilmu  kalam,  ilmu tasawuf.  Ia juga  menguasai  berbagai mazhab pemikiran, baik dari kalangan Sunni maupun Syi'ah. Setelah empat tahun mengajar murid- muridnya di Madrasah Nizhamiyyah dan menerima perbedaan dengan berbagai tokoh ulama, Imam Al-Ghazali merasakan adanya kekosongan dalam dirinya, yang tak ia ketahui pasti letak kekosongan tersebut. Dalam ranah  keilmuan  Islam,  Imam Al-Ghazali  mendapatkan  gelar  hujjatul Islam,  sebuah bukti  pengakuan  atas  kapasitas  keilmuan  dan  tingkat  penerimaan  para  ulama  terhadapnya.

Relavansi Konsep Pendidikan Imam Ghazali 

Pemikiran  Imam  Al-Ghazali  tentang  pendidikan ada  di  dalam  beberapa  karyanya  seperti: Fatihah al-'Ulum, Ayyuha al-Walad, dan Ihya' 'Ulum ad-Din. Dalam Ihya' 'Ulum ad-Din Imam Al-Ghazali  memulai  tulisannya  dengan  uraian  tentang  keutamaan  ilmu  dan  pendidikan, lalu  memberi predikat yang tinggi kepada ilmuwan dan para ulama dengan dikuatkan oleh firman Allah, pengakuan Nabi  dan  Rasul, kata-kata  pujangga, ahli  hikmah,  dan  ahli pikir.  Imam Al-Ghazali  begitu  banyak mengungkapkan ketinggian derajat dan  kedudukan para  ulama yang sering diulang dalam berbagai kitabnya  (Ridha,  2002). Berikut ini adalah beberapa aspek penting dari konsep pendidikan Imam Al-Ghazali yang ber relevansi dengan era modern di Indonesia:

  • Pemikiran Pendidikan: Imam Al-Ghazali menekankan pada pentingnya mengajarkan pendidikan secara menyeluruh dan melibatkan berbagai aspek kehidupan sosial dan akhlak. Dalam konteks era modern, ini menunjukkan pentingnya mengintegrasikan pendidikan dengan kehidupan sehari-hari serta menghasilkan individu yang mampu berkelanjutan dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
  • Sistem dan Metodologi Pengajaran: Imam Al-Ghazali menguraikan ilmu pengetahuan menjadi fardhu 'ain (wajib atas setiap individu umat Islam) dan fardhu kif yah (wajib atas komu nitas umat Islam). Dalam era modern, ini menunjukkan pentingnya mengembangkan sistem pendidikan yang mencakup berbagai aspek ilmu pengetahuan dan mengadaptasi metodologi pengajaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam dan berkembang.
  • Kebahagiaan dan Kesuksesan: Imam Al-Ghazali menekankan pada pentingnya mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan sosial. Dalam konteks era modern di Indonesia, ini menunjukkan pentingnya mengembangkan pendidikan yang mengatasi kesenjangan sosial, melestarikan peranan anak-anak, dan membangun komunitas yang sejahtera dan adil.
  • Pemikiran Akhlak: Imam Al-Ghazali memiliki pemikiran akhlak yang sangat penting dalam kehidupan sosial. Dalam era modern di Indonesia, ini menunjukkan pentingnya mengembangkan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai baik, berkepikiran tentang kehidupan yang baik, dan menghasilkan individu yang mampu berkelanjutan dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
  • Penggunaan Teknologi: Imam Al-Ghazali menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan menggunakan teknologi. Dalam era modern di Indonesia, ini menunjukkan pentingnya mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, interaktif, dan efisien.

Secara keseluruhan, konsep pendidikan Imam Al-Ghazali memiliki beberapa aspek yang ber relevansi dengan era modern di Indonesia, seperti mengintegrasikan pendidikan dengan kehidupan sehari-hari, mengembangkan sistem dan metodologi pengajaran yang efektif, mencapai kebahagiaan dan kesuksesan, menghasilkan individu yang mampu berkelanjutan dan berkontribusi positif dalam masyarakat, dan menggunakan teknologi dalam pendidikan. Dalam era modern, penerapan konsep pendidikan ini diharapkan dapat membantu mengatasi tantangan dalam pendidikan di Indonesia dan menciptakan masyarakat yang sejahtera, berkelanjutan, dan berkesadaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun