Indonesia merupakan negara agraris, dimana mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Namun saat ini lahan pertanian semakin berkurang akibat dari maraknya pembangunan disektor industri. Pada awal Maret 2020 Indonesia mulai dilanda wabah Covid-19 yang mengharuskan masyarakat untuk tetap di rumah sehingga menghambat aktivitas mereka. Adanya wabah ini mengakibatkan perekonomian warga menurun yang diakibatkan oleh adanya PHK massal dari beberapa perusahaan dimana mereka bekerja di seluruh Indonesia. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat diharuskan mampu melihat peluang yang ada. Adapun sebagian dari mereka memilih untuk membuat usaha kecil seperti membuat kue khas Aceh yaitu timphan.
Timphan merupakan makanan khas Aceh yang berbentuk bulat panjang dengan tekstur sedikit kenyal dan dibungkus dengan daun pisang muda dan kemudian dikukus. Timphan umumnya terbuat dari bahan dasar tepung ketan yang dicampur dengan pisang atau labu, biasanya terdapat variasi isi seperti parutan kelapa atau srikaya. Â Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu timphan baik dari segi warna maupun nilai gizinya adalah dengan memanfaatkan ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu dapat diolah menjadi bahan tambahan pada pengolahan timphan, sehingga pengolahan timphan dengan penambahan ubi jalar ungu diharapkan dapat memberikan nilai tambah terhadap sifat fisik, organoleptik, dan nilai jual timphan tersebut serta dapat menjadi alternatif diversifikasi pangan. Selain itu, pemanfaatan ubi jalar ungu pada timphan dapat menambah nilai gizi, nilai jual, serta dapat menjadi alternatif pangan fungsional khas Aceh.
Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang warga Desa Sidodadi  di Kabupaten Aceh Tamiang yang memproduksi dan menjual timphan ubi ungu adalah Ibu Saidah. Selama masa pandemi atau sudah lebih dari satu tahum Ibu Saidah membuat dan menjual timphan ubi ungu. Ibu Saidah menyatakan bahwa timphan ubi ungu lebih banyak diminati pelanggan dibandingkan dengan timphan labu ataupun timphan pisang. Ibu Saidah menjual timphan ubi ungu dengan isian kelapa seharga Rp.1500 per timphan dan dengan isian selai srikaya seharga Rp.2000 pertimphan. Selama berjualan timphan ubi ungu, penghasilan yang diperoleh Ibu Saidah mampu memenuhi kebtuhan keluarga sehari-hari terlebih pada masa sulit pandemi seperti sekarang ini.
      Berdasarkan hasil pengamatan pembuatan timphan ubi ungu dan hasil wawancara penulis dengan Ibu Saidah diketahui bahwa timphan ubi ungu mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Timphan ubi ungu merupakan kue khas Aceh yang banyak diminati oleh masyarakat, baik masyarakat suku Aceh itu sendiri, maupun masyarakat suku lainnya. Rasanya yang manis dan kenyal menambah kenikmatan dari timphan ubi ungu. Timphan ubi ungu memiliki dua varian rasa isian yaitu kelapa dan juga selai srikaya. Timphan ubi ungu dengan isian kelapa dijual dengan harga Rp.1500 per timphan, dan isian selai srikaya dijual dengan harga Rp.2000 per timphan.
Ibu Saidah sudah satu tahun lebih membuat dan menjual timphan ubi ungu. Beliau mengaku bahwa peminat timphan ubi ungu lebih banyak dibandingkan dengan timphan pisang ataupun timphan labu. Warnanya yang ungu menjadikan daya tarik terseendri bagi timphan ubi ungu.
Ditulis Oleh : RAMADANA
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â : 1052018067
Prodi        : PGMI
Unit         : III
Semester    : VII ( Tujuh)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H