Mohon tunggu...
RAMADANA
RAMADANA Mohon Tunggu... Sekretaris - bkknknk

hjkijbjkjkhuguhkmllmkbjg

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Usaha Timphan Ubi Ungu Mampu Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19

28 Desember 2021   16:03 Diperbarui: 28 Desember 2021   16:53 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara agraris, dimana mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Namun saat ini lahan pertanian semakin berkurang akibat dari maraknya pembangunan disektor industri. Pada awal Maret 2020 Indonesia mulai dilanda wabah Covid-19 yang mengharuskan masyarakat untuk tetap di rumah sehingga menghambat aktivitas mereka. Adanya wabah ini mengakibatkan perekonomian warga menurun yang diakibatkan oleh adanya PHK massal dari beberapa perusahaan dimana mereka bekerja di seluruh Indonesia. Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat diharuskan mampu melihat peluang yang ada. Adapun sebagian dari mereka memilih untuk membuat usaha kecil seperti membuat kue khas Aceh yaitu timphan.

Timphan merupakan makanan khas Aceh yang berbentuk bulat panjang dengan tekstur sedikit kenyal dan dibungkus dengan daun pisang muda dan kemudian dikukus. Timphan umumnya terbuat dari bahan dasar tepung ketan yang dicampur dengan pisang atau labu, biasanya terdapat variasi isi seperti parutan kelapa atau srikaya.  Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu timphan baik dari segi warna maupun nilai gizinya adalah dengan memanfaatkan ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu dapat diolah menjadi bahan tambahan pada pengolahan timphan, sehingga pengolahan timphan dengan penambahan ubi jalar ungu diharapkan dapat memberikan nilai tambah terhadap sifat fisik, organoleptik, dan nilai jual timphan tersebut serta dapat menjadi alternatif diversifikasi pangan. Selain itu, pemanfaatan ubi jalar ungu pada timphan dapat menambah nilai gizi, nilai jual, serta dapat menjadi alternatif pangan fungsional khas Aceh.

Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang warga Desa Sidodadi  di Kabupaten Aceh Tamiang yang memproduksi dan menjual timphan ubi ungu adalah Ibu Saidah. Selama masa pandemi atau sudah lebih dari satu tahum Ibu Saidah membuat dan menjual timphan ubi ungu. Ibu Saidah menyatakan bahwa timphan ubi ungu lebih banyak diminati pelanggan dibandingkan dengan timphan labu ataupun timphan pisang. Ibu Saidah menjual timphan ubi ungu dengan isian kelapa seharga Rp.1500 per timphan dan dengan isian selai srikaya seharga Rp.2000 pertimphan. Selama berjualan timphan ubi ungu, penghasilan yang diperoleh Ibu Saidah mampu memenuhi kebtuhan keluarga sehari-hari terlebih pada masa sulit pandemi seperti sekarang ini.

            Berdasarkan hasil pengamatan pembuatan timphan ubi ungu dan hasil wawancara penulis dengan Ibu Saidah diketahui bahwa timphan ubi ungu mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Timphan ubi ungu merupakan kue khas Aceh yang banyak diminati oleh masyarakat, baik masyarakat suku Aceh itu sendiri, maupun masyarakat suku lainnya. Rasanya yang manis dan kenyal menambah kenikmatan dari timphan ubi ungu. Timphan ubi ungu memiliki dua varian rasa isian yaitu kelapa dan juga selai srikaya. Timphan ubi ungu dengan isian kelapa dijual dengan harga Rp.1500 per timphan, dan isian selai srikaya dijual dengan harga Rp.2000 per timphan.

Ibu Saidah sudah satu tahun lebih membuat dan menjual timphan ubi ungu. Beliau mengaku bahwa peminat timphan ubi ungu lebih banyak dibandingkan dengan timphan pisang ataupun timphan labu. Warnanya yang ungu menjadikan daya tarik terseendri bagi timphan ubi ungu.

Gambar Timphan Ubi Ungu di Desa Sidodadi Aceh Tamiang/dokumentasi pribadi
Gambar Timphan Ubi Ungu di Desa Sidodadi Aceh Tamiang/dokumentasi pribadi
 Ibu Saidah menjual timphan ubi ungu melalui media online seperti facebook, whatshapp dan instagram. Ia membuat promosi dengan menfotokan timpan ubi ungu hasil produksinya dan kemudian mengunggahnya ke media sosial dan kemudian mengantarkan pesanan timphan ubi ungunya ke rumah-rumah pelanggan. Timphan ubi ungu merupakan salah satu makanan khas Aceh yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat terlebih pada masa pandemi covid-19 saat ini. Hal ini dibenarkan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang masyarakat Desa Sidodadi Kabupaten Aceh Tamiang yang memproduksi timphan ubi ungu setiap harinya untuk di jual secara online. Beliau menyatakan bahwa rasa timphan ubi ungu yang manis dan lezat membuat banyak pelanggan yang selalu memesan timphan ubi ungu dan pendapatan yang diperoleh melalui penjualan timphan ubi ungu setiap harinya juga mampu memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. 

Ditulis Oleh : RAMADANA

NIM                 : 1052018067

Prodi               : PGMI

Unit                 : III

Semester       : VII ( Tujuh)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun