Mohon tunggu...
Rama Bintang Wicaksono
Rama Bintang Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SAIZU Purwokerto

Tetaplah Hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyiaran Islamisasi di Bumi cahyana oleh Syekh Machdum Kusen

19 Desember 2022   10:07 Diperbarui: 19 Desember 2022   10:19 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Syekh Machdum Kusen adalah putra dari Syekh Atas Angin atas pernikahannya dengan Rubiyah Bekti dan cucu dari Syekh Jambukarang (nama mudanya Raden Mundingwangi putra dari Prabu Brawijaya Mahesa Tandreman). Syekh Atas Angin memiliki lima anak, di antaranya (1) Pangeran Syekh Machdum Kusen (Kayu Puring) yang dimakamkan di Rajawana, (2) Pangeran Machdum Madem (makamnya di Cirebon), (3) Pangeran Machdum Omar (makamnya di Pulau Karimun, Jepara), (4) Nyai Rubiyah Raja (makamnya di Ragasela, Pekalongan), dan (5) Nyai Rubiyah Sekar (makamnya di Jambangan, Banjarnegara). Setelah empat puluh tahun di Cahyana, Pangeran Atas Angin kembali ke Arab.

Syekh Machdum Kusen memiliki satu putra yang bernama Syekh Makhdum Jamil. Syekh Makhdum Jamil mempunyai dua orang putra, yaitu Syekh Makhdum Tores (makamnya di Bogares, Tegal) dan Syekh Wali Prakosa (makamnya di Desa Pekiringan, Karangmoncol, Purbalingga). Pangeran Wali Prakosa inilah yang disebut dalam Piagam Sultan Demak yang berasal dari Jawa pada tahun 1503, sehingga ia merupakan tokoh sejarah, sedangkan Pangeran Jambukarang, Pangeran Atas Angin, Pangeran Syekh Machdum Kusen, dan Pangeran Machdum Jamil adalah tokoh-tokoh legendaris dari Perdikan Cahyana.

Syekh Machdum Kusen merupakan salah satu waliullah yang menyebarkan agam Islam di tanah Cahyana, khususnya di Desa Rajawana Kecamatan Karangmoncol, Desa Makam Kecamatan Rembang dan sekitarnya. 

Beliau berdakwah meneruskan perjuangan ayahnya dan kakeknya. Pada saat Beliau berdakwah, Pajajaran menyerang dengan kekuatan besar di bawah pimpinan patih Pajajaran. Berkat pertolongan Allah SWT dan dengan keberaniannya bersama dengan pengikutnya, pasukan Pajajaran dapat di usir mundur dengan Karomah dari Syekh Machdum Kusen yang meminta petunjuk kepada Allah SWT lantaran Shalat Hajat.

Keesokan harinya, ribuan Tawon Gung datang untuk mengusir pasukan Pajajaran dari tanah Cahyana. Itu pun pasukan Pajajaran belum mundur, dan akhirnya beliau Shalat lagi meminta petunjuk lagi dan di berikan oleh Allah pasukan Jin. Dan Beliau juga memberikan semangat kepada para santrinya dengan alunan atau di daerahnya terkenal dengan Kesenian Braen. Braen ini setiap hari di kumandangkan di Cahyana, dan syairnya yang isinya tentang mengagumkan nama Allah dari awal belum ada bumi sampai ada yang di ciptakan.

Masyarakat sekitar tidak ada yang mengetahui tanggal dan tahun pasti Syekh Machdum Kusen wafat, Setelah beliau wafat wilayah penyebaran Islam di daerah cahyana di teruskan oleh cucunya yaitu Syekh Wali Prakosa atau nama aslinya Syekh Makhdum Akhir. Beliau dimakamkan di Desa Rajawana Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga, atau tepatnya di sebelah selatan Gunung Lawet, di mana tempat itu konon merupakan tempat pertemuan antara Syekh Jambukarang dengan Syekh Atas Angin. Makamnya itu termasuk dalam cagar budaya sejak tahun 2010, yang sudah dimasukkan dalam perda No. 11 tahun 2010 tentang benda Cagar Budaya. Untuk peninggalan dari Syekh Machdum Kusen itu ada Kesenian Braen, Kitab-kitab Islam, Bangunan-bangunan Islam seperti Masjid, dan masih banyak lainnya.

Adapun adat kebiasaan masyarakat Cahyana sebagai penghormatan perjuangan beliau dalam berdakwah antara lain; Berziarah ke Makam Syekh Machdum Kusen Setiap Malam Rabu Pon, Kamis Wage dan Jumat Kliwon, Rutinan Kamis Pagi Wage, Rutinan Majelis Taklim dan lainnya.

Pada masa penyebaran agama Islam di daerah cahyana Syekh Machdum Kusen belum terdapat peninggalan selain masjid, pada masa itu blum ada seperti pondok, asrama, atau yang lainnya. Pada masa Syekh Machdum Kusen menyebarkan agama Islam dengan cara berdakwah dengan orang- orang tua di karenakan pada masa tersebut para orang-orang tua yang lebih dahulu di ajarkan mengenal agama Islam agar mereka dapat mengajarkan agama Islam kepada anak cucunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun