Mohon tunggu...
Rama Baskara Putra Erari
Rama Baskara Putra Erari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua BEM Fakultas Vokasi ITS 2022 dan Ketua Bidang PTKP HMI Komisariat ARSIP SN 2023

Lulusan Sarjana Terapan dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi ITS. Saya selama berkuliah aktif beroganisasi di intra maupun ekstra kampus, di intra kampus saya pernah menjadi Staf Departemen Internal BEM FV ITS 2021, Staf Departement Intern HMDS FV ITS 2021, Ketua Ad Hoc AD/ART FV ITS 2021, dan Ketua BEM FV ITS 2022. Organisasi ekstra kampus saya pernah menjadi staf Bidang P3A HMI Komisariat ARSIP SN 2022 dan saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang PTKP HMI Komisariat ARSIP SN 2023. Saya juga aktif di kegiatan sosial seperti pernah menjadi pengajar di Pengajar Vokasi 2021 dan relawan pengajar di Mahasiswa Surabaya Berbagi 2021. Saya juga sering diundang menjadi panelis dalam debat maupun sebagai pembicara dalam sebuah pelatihan. Kritik dan saran: ramaerari15@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tingginya Angka Pernikahan Dini di Papua dan Masalah Stunting

17 Mei 2024   11:50 Diperbarui: 17 Mei 2024   11:56 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Papua. Sumber: Lamudi.co.id

Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan.

Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.

Provinsi Papua belakangan mengalami peningkatan angka stunting yang membuat Papua sebagai wilayah tertinggi ketiga di Indonesia yang dengan prevelensi angka stunting. Papua mengalami peningkatan dari 29,5 % pada tahun 2021 meningkat menjadi 34,6% pada tahun 2022.

TINGGINYA ANGKA PERNIKAHAN DINI

ILUSTRASI PERNIKAHAN DINI (KLIKTIMES.COM/fandy_Rec)
ILUSTRASI PERNIKAHAN DINI (KLIKTIMES.COM/fandy_Rec)

Pernikahan dini sendiri, menurut Undang-Undang No 16 Tahun 2019 sebagai Perubahan Atas Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, adalah pernikahan di bawah usia 19 tahun

Berdasarkan data yang dilansir Wahana Visi Indonesia (WVI) 24,71% anak di Papua menikah di bawah 19 tahun. Bahkan berdasarkan catatan dari WVI terdapat anak yang menikah pada usia 10 tahun!

Sungguh ini menjadi ironi karena menurut studi World Health Organization (WHO) di Indonesia menyebutkan salah satu penyebab masalah stunting di Indonesia adalah maraknya pernikahan dini.

Contoh kasus misalnya di Provinsi Papua khususnya di Kabupaten Merauke melejit tiap tahunnya. Tahun 2021 di Merauke tercatat lebih dari 900-an usia remaja di Merauke melakukan pernikahan dini.

Berdasarkan data survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2017 di Provinsi Papua Barat terdapat 44 dari 1000 remaja hamil di luar nikah. Angka yang cukup besar.

Pernikahan dini ini menjadi ancaman karena menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka anak stunting. Pasangan yang melakukan pernikahan usia remaja secara psikologis belum matang. Pasangan usia remaja bisa jadi belum pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan dan pola asuh anak.

Hubungan antara pernikahan dini dan anak stunting karena para remaja masih membutuhkan gizi maksimal hingga usia 21 tahun. Kalo mengacu pada peraturan yang mengatur regulasi pernikahan dini maka pasti usia ibu hamil di bawah 19 tahun. Maka ibu hamil akan berebut gizi yang dia konsumsi dengan bayi yang di kadung. Nutrisi itu sangat penting, sebab jika nutrisi ibu tidak terpenuhi selama kehamilan maka bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sangat beresiko terkena stunting.

Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Bayi yang lahir itu kelak di masa depan yang bakal menggantikan peran kita dan menjadi penentu masa depan tanah Papua. Maka sudah seyogyanya generasi masa depan Papua adalah anak-anak yang gizi terpenuhi dimulai sejak bayi.

Pemerintah Harus Gencar Mengatasi Masalah Stunting!

Ilustrasi pemerintah. Sumber Fokusjabar.com
Ilustrasi pemerintah. Sumber Fokusjabar.com

Pemerintah harus makin gencar mengatasi permasalahan anak stunting. Jelas sekali jika upaya dari pemerintah masih belum maksimal bahkan bisa kita katakan gagal jika memakai indikator angka stunting yang terus meningkat.

Permasalahan ini bakal menjadi masalah bagi Papua bertahun-tahun mendatang dan secara jangka panjang. Hal ini tentu saja tidak baik buat demografi Papua yang bisa mengakibatkan bencana demografi di Papua.

Pemerintah provinsi di seluruh tanah Papua dan kabupaten/kota seharusnya menjadikan penanganan stunting menjadi salah satu prioritas utama. Harus ada kampanye besar-besaran terkait edukasi anak stunting. Pemerintah harus menggerakan semua instrumen yang dimiliki untuk melakukan pendataan terkait ibu hamil bahkan sampai ditingkat RT/RW dan mengakomodasi kebutuhan gizi ibu hamil.

Pencegahan nikah muda harus makin gencar sebab salah satu faktor anak stunting adalah nikah muda. Ini menjadi salah satu faktor kunci untuk mencegah adanya anak stunting.

Dengan dana otonomi khusus ditambah dana desa maka seharusnya pemerintah bisa mengoptimalkan kampanye mengenai hal ini, membuat pencatatan dan juga pengoptimalan gizi bagi ibu hamil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun