Mohon tunggu...
Rama Baskara Putra Erari
Rama Baskara Putra Erari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua BEM Fakultas Vokasi ITS 2022 dan Ketua Bidang PTKP HMI Komisariat ARSIP SN 2023

Lulusan Sarjana Terapan dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil, Fakultas Vokasi ITS. Saya selama berkuliah aktif beroganisasi di intra maupun ekstra kampus, di intra kampus saya pernah menjadi Staf Departemen Internal BEM FV ITS 2021, Staf Departement Intern HMDS FV ITS 2021, Ketua Ad Hoc AD/ART FV ITS 2021, dan Ketua BEM FV ITS 2022. Organisasi ekstra kampus saya pernah menjadi staf Bidang P3A HMI Komisariat ARSIP SN 2022 dan saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang PTKP HMI Komisariat ARSIP SN 2023. Saya juga aktif di kegiatan sosial seperti pernah menjadi pengajar di Pengajar Vokasi 2021 dan relawan pengajar di Mahasiswa Surabaya Berbagi 2021. Saya juga sering diundang menjadi panelis dalam debat maupun sebagai pembicara dalam sebuah pelatihan. Kritik dan saran: ramaerari15@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jokowisme: Halusinasi Pemikiran PSI?

11 September 2023   17:22 Diperbarui: 11 September 2023   19:14 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowisme. (Dok. Twitter PSI via Detik.com)

Ada perbandingan sederhana misalnya kita lihat Lenin (leninisme) maupun Mao (Maoisme) yang mana melahirkan ide tanpa koreksi dari pihak lain dan langsung dieksekusi sebab dalam sistem otoriter hal itu membuat ini jadi murni ide Lenin maupun Mao. Tentu saja jika melihat perbandingan itu, Jokowisme jika berdasarkan hasil kerja, dia sudah gagal.

Jokowisme jika ditarik dari rekam jejak politik dan kepemimpinan Jokowi ini tidak tepat karena baru terjadi bahwa 'isme' disematkan hanya berdasarkan rekam jejak seorang tokoh.

Kalau kalian baca-baca penjelasannya tentang Jokowisme, penekanan justru ada di Jokowi sebagai individu yang dianggap spesial & transenden dan dalam Jokowisme menimbulkan kerancuan penggunaan isme dalam ranah akademis.

Penyematan isme dalam Jokowisme sudah menyangkut imbuhan isme, itu tidak boleh berdasarkan kagum, dukungan. Imbuhan isme haruslah digunakan secara jelas dan harus punya gagasan kuat secara akademik karena merupakan pandangan, haluan, atau wawasan.

Penggunaan Jokowisme tanpa memiliki dalih dan dalil kuat tentang ide atau gagasan besar yang ditulis oleh seorang Jokowi sendiri hanya bakal menguatkan bahwa Jokowisme hanya menjadi sekadar slogan dari partai untuk berusaha mendapatkan coattail effect dari pemilih Jokowi yang tersisa. 

PSI sebagai partai yang katanya mewakili suara anak muda sebagai targetnya sudah seharusnya kita bangun budaya adu gagasan daripada pengultusan tokoh. Kalau tidak, politik Indonesia hanya bakal jalan di tempat seperti kata Eleanor Roosevelt, "Otak besar bicarakan ide. Otak sedang bicarakan peristiwa. Otak kecil bicarakan orang". 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun