Belakangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) gencar sekali mengenalkan sebuah istilah, yaitu 'Jokowisme'. Banyak dari kita yang masih tidak paham apa sebenarnya Jokowisme.Â
Sebelum kita lebih dalam membedah Jokowisme ini, mari memahami apa itu 'isme'. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan isme sebagai sebuah pandangan, haluan, atau wawasan. Memahami isme itu tidak hanya perlu, melainkan penting agar bisa menjadi pisau pertama kita membedah Jokowisme.Â
Terus apa sebenarnya Jokowisme yang sering kali digaungkan oleh PSI ini? Dilansir dari artikel di website PSI, "Jokowisme adalah sebuah ikhtiar untuk mendefinisikan paham, corak, dan langgam kepemimpinan yang dibangun Jokowi dalam menjalankan pemerintahan". Dari sini kita sebenarnya sudah cukup bisa menangkap maksud Jokowisme ala PSI, yaitu menafsirkan kepemimpinan politik Jokowi selama karier politiknya.
Sebuah tanda tanya besar dari Jokowisme ini adalah apa itu Jokowisme sebenarnya dari keterangan PSI itu? Jokowisme ini apakah sebuah ideologi? Sebuah ajaran? Atau merupakan sebuah doktrin?Â
Kalau kembali ke tafsiran KBBI, isme itu artinya pandangan, haluan, atau wawasan. Dalam ranah akademisi, harus punya komparasi atau pembanding yang jelas dengan pandangan, haluan, atau wawasan yang sudah ada karena di bahasan akademik, Marxisme jelas bedanya dengan Leninisme dan Marhaenisme, dll.. Perbedaan konsep filosofis, gagasan, budaya, dan politik itu hanya bisa ditemukan jika seorang membuat buku atau pernah menulis tulisan tentang ide maupun gagasannya.
Apa bedanya secara pandangan, haluan, atau wawasan antara Jokowisme dengan Marxisme? Kalau kita lihat secara sederhana, awal mula lahirnya Marxisme merupakan sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl Marx. Awalnya Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik yang Marx tuangkan dalam Das Kapital serta Communist Manifesto. Namun, Â "Jokowisme" ini bisa jadi menjadi tafsiran liar terhadap paham itu sendiri sebab Jokowisme adalah tafsiran atau terjemahan atas kepemimpinan politik Jokowi.Â
Jokowi sendiri tidak pernah menulis teori atau pemikirannya. Lucunya adalah teori dan pemikiran Jokowi ditulis oleh simpatisan beliau seperti PSI. Hal ini malah membuat PSI lebih Jokowi daripada Jokowi itu sendiri sebab menulis teori dan pemikiran tentang Jokowi dalam wujud "Jokowisme". Hal tersebut malah membuat PSI seperti sedang berhalusinasi pemikiran dan melahirkan tafsiran kosong Jokowisme.
Jokowisme jika benar-benar dianggap PSI sebagai sebuah paham, harus berdasar pada pemikiran beliau, bukan menggunakan tafsiran seperti yang dilakukan PSI sekarang. Â PSI masih gagal dan gagap membedakan antara karya berupa hasil kerja dan karya yang merupakan hasil pemikiran Jokowi. Kalau PSI menafsirkan Jokowisme lahir dari karya beliau, ini sebuah kegagalan bernalar dalam membedakan hasil kerja individu dan hasil kerja kelompok.Â
Jokowi sebagai presiden adalah kerja kolektif sebab ada para menteri, staf, maupun elemen lainnya yang membantu. Hal itu membuat hasil kerja Jokowi adalah kerja kolektif dan itu membuat Jokowisme tidak relevan karena hal itu bukan karya hasil pemikiran otentik beliau.Â