Belakangan ini banyak pandangan tentang relevansi Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang katanya mulai tergerus oleh hadirnya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebab MBKM dirasa lebih memberikan manfaat di bandingan mengikuti ormawa yang dirasa tidak memberikan dampak yang lebih tinggi dibandingkan MBKM. Hal tersebut tentu saja membuat minat mahasiswa untuk mengikuti ormawa menjadi menurun sehingga hal tersebut mempengaruhi regenerasi dan jalannya organisasi. Namun yang menjadi pertanyaan apakah benar MBKM itu ancaman bagi kelangsungan ormawa?
Tujuan kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka, program “hak belajar tiga semester di luar program studi” adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.[1] Organisasi mahasiswa dibentuk dengan tujuan sebagai wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi yaitu Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.[2]
MBKM & Ormawa Bisa Berjalan Beriringan
Dari tujuan adanya MBKM & ormawa tentu memiliki dampak positf bagi perkembangan dunia pendidikan namun yang membedakan adalah dampak ketika memasuki dunia kerja. Namun hal itu tidak serta merta membuat MBKM menjadi ancaman bagi ormawa.
Ketika seseorang mengikuti ormawa tentu bakal banyak belajar terkait soft skill misalnya komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, manajemen organisasi bahkan manajemen event. Hal ini tentu saja membantu mahasiswa ketika memasuki dunia kerja sebab alasannya karena dalam kehidupan sehari-hari, kita membutuhkan suatu keahlian yang bisa membantu mempermudah dan mempercepat kita dalam menyelesaikan sesuatu. Hal ini yang dinamakan dengan kemampuan personal atau softskill.[1] Ketika seseorang mengikuti MBMKM tentu memiliki pengalaman terlibat dalam suatu project perusahaan dan memiliki kesempatan untuk merasakan langsung bagaimana iklim dalam dunia kerja serta bisa mendapatkan tambahan uang. Hal ini tentu menjadi pilihan yang menarik bagi mahasiswa.
Namun ketika kemapuan organisasi dan MBKM kita elaborasikan tentu saja bakal melahirkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik guna menjawab tantang zaman yang ada. Kemapuan hard skill dan soft skill tentu saja bakal berguna kelak ketika seseorang telah selesai dari dunia perkuliahan.
Pada akhirnya permasalahan MBKM dan ormawa ini adalah tergantung prioritas masing-masing individu mau mengikuti MBKM ataupun Ormawa bahkan mungkin ada beberapa orang yang mengikuti MBKM sekaligus ormawa disaat bersamaan namun tentu dengan mengorbankan banyak waktu dan lebih banyak tenaga namun bakal menguji menajemen waktu dari individu yang mengikuti keduanya. Maka dari itu MBKM bukan masalah bagi ormawa itu sendiri sebab MBKM dan ormawa memiliki segmentasi pasar yang berbeda dan MBKM tentu tidak bisa menampung jumlah mahasiswa yang sangat banyak dan ormawa yang tersebar tingkat universitas, fakultas, maupun jurusan dengan jumlah yang sangat banyak dan terbagi spesifik tentu dapat lebih banyak menampung mahasiswa yang ingin berkembang dan mungkin yang tidak mengikuti MBKM.
Apa Yang harus Dilakukan Ormawa?
Sepi nya pendaftar dari suatu ormawa menandakan kurangnya daya tawar dan pasti ada masalah dalam tubuh ormawa tersebut sehingga mahasiswa memilih untuk tidak mengembangkan dirinya dalam organisasi tersebut. Hal tersebut tentunya adalah kekurangan yang harus segara mungkin diperbaiki jika ormawa mau tetap eksis dengan berbagai macam pilihan pengembangan diri yang ada di era saat ini.
Ormawa seharusnya melakukan transformasi dalam menjalankan organisasi dengan tata kelola organisasi yang jadi lebih modern serta dapat menjawab tantang zaman yang ada. Perlu menghilangkan budaya feodal yang kadang masih mengakar dalam budaya ormawa sehingga minat orang mendaftar ormawa menjadi menurun hal ini diperlukan untuk memperbaiki citra ormawa.
Pada dasarnya evaluasi internal ormawa diperlukan untuk mengidentifikasi apa yang kurang dan perlu dibenahi dari ormawa guna menarik minat dari mahasiswa untuk mendaftar dan mengikuti kegiatan dari ormawa. Ormawa tidak seharusnya mengeluh tentang perubahan zaman tetapi menciptakan solusi dan mencari cara untuk bisa tetap relevan untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Ketika pemegang jabatan di ormawa telah mati gagasan tentang pembahruan nya maka sesungguhnya hanya menunggu waktu bagi ormawa tersebut untuk mati. Sepinya peminat dari ormawa dapat diperbaiki dari banyaknya gagasan untuk melakukan reformasi dalam tubuh ormawa dan keberanian pemegang jabatan dalam tubuh ormawa untuk melakukan perubahan untuk meninggalkan hal-hal yang sudah tidak relevan dalam tubuh ormawa yang dia pegang tersebut.
Daftar Referensi
[1] “Merdeka Belajar : Kampus Merdeka - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” diakses 14 Juni 2023, https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/web/about/tujuan.
[1] admin, “Tujuan Organisasi Mahasiswa Intra Kampus,” JEJAK PENDIDIKAN (blog), diakses 14 Juni 2023, http://www.jejakpendidikan.com/2017/01/tujuan-organisasi-mahasiswa-intra-kampus.html.
[1] Dwi Endaru, “Mengapa Softskill harus Dimiliki dalam Berkarir? - jojoblog,” Jojonomic | Aplikasi HRIS, Human Capital & Expense Management (blog), 19 Februari 2021, https://www.jojonomic.com/blog/softskill/.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H