Mohon tunggu...
eunoia
eunoia Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

penulis, editor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Evolusi Kognitif dan Kecacatannya

6 Agustus 2024   23:47 Diperbarui: 6 Agustus 2024   23:54 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/illustrations/evolution-artificial-intelligence-3885331/

(evolusi kognitif dan kecacatannya)(Hewan manusia) berhasil mencapai titik evolusi kognitif yang begitu pesat melebihi hewan hewan lainnya. Dengan congkaknya Sapiens mengaku evolusi paling sempurna diantara kerabat-kerabatnya. Memang simpanse tidak bisa menang adu argumen dengan manusia, namun kera itu bisa merobek-robek manusia bagaikan boneka.

Tapi tahukah kalian, evolusi kognitif manusia ini, menimbulkan beberapa kerepotan dan kerugian.

Evolusi otak jumbo merepotkan tubuh yang menopangnya. Manusia harus menyediakan banyak energi untuk otak besarnya, yang melahap 25 persen energi tubuh. Bila dibandingkan, otak kera-kera hanya membutuhkan 8 persen saja.  

Berjalan dengan empat kaki dan memiliki kepala relatif kecil yang berevolusi menjadi berjalan tegak dan lebih besar kepalanya, adalah tantangan yang begitu berat. Umat manusia membayar penglihatannya yang hebat dan tangannya yang cekatan dengan sering merasakan rasa sakit punggung dan leher kaku. Sedangkan kerabat kita seperti simpanse, gorila dan kera - kera lainnya tidak.

Tahukah kalian, Perempuan membayar lebih besar atas evolusi ini. Berjalan tegak membutuhkan pinggul yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan timbulnya permasalahan dalam peristiwa melahirkan. Dikarenakan mengecilnya pinggul maka akan menyempitkan saluran peranakan, oleh karena itu anak manusia terlahir prematur. Di bandingkan dengan anak-anak hewan lainnya, ketika melahirkan beberapa Minggu atau bulan saja mereka sudah bisa berlari dan sudah bisa mencari makan sendiri. Akan tetapi, Bayi manusia tak berdaya, bergantung selama bertahun-tahun kepada manusia-manusia yang lebih tua demi memperoleh pangan, perlindungan dan pendidikan. Jika pun manusia melahirkan secara sempurna, maka membutuhkan 15 bulan, dan kepala bayi sudah begitu besar yang akan membahayakan proses kelahiran itu sendiri.

Akan tetapi, bisa dikatakan kabar gembira bahwa anak manusia dilahirkan belum sempurna itu bagaikan plastisin yang dapat dibentuk secara bebas. Tengkorak dan tulang bayi manusia sangat lentur dan lunak. Berbeda dengan hewan mamalia lainnya, yang dalam proses melahirkan sudah ketahap yang lebih sempurna. Oleh karena itu bayi manusia bisa dididik dengan mudah oleh orang tuanya sebagai penganut Kristen Buddha, Islam, suka berperang atau cinta damai dan lain sebagainya.
 
Dengan hal-hal seperti itu apakah patut kita merasa congkak dengan makhluk hidup lainnya. Pada dasarnya hewan manusia adalah hewan yang paling lemah yang secara beruntung yang mendapatkan senjata hebat dan saya menyebutnya senjata keris kognitif.
Keris kognitif menyebabkannya Manusia dilabeli sebagai Animal Rational.

FOLLOW
IG : @eunoia.philosophy
TTIKTOK : @eunoia_22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun