Dan lagi-lagi aku kembali bertemu hari-hari yang menyebalkan,
Hari-hari yang memanggang habis diriku
Tersisikan tulang-tulangku yang biasanya kokoh, biasanya kekar, dan kini menjadi hangus, rapuh dan berserakan
Aku menyadarinya hari itu,
Tulangku-tulangku yang hancur, masih menjadi santapan yang menarik untuk anjing
Dia membawanya kabur, melahapnya dengan rakus, anjing sialan
Aku menjadi mengerti mengapa kita dipertemukan
Kamarku yang saat ini penuh aroma tubuhmu,
Menyisakan pelukan-pelukan yang aku rasakan
Aku memeluknya sendiri,
Dengan cinta yang ingin aku terima tanpa syarat
Dengan otak yang terpaksa bekerja, terpaksa bertanyaa
Dengan pribadi yang terlalu mudah dipermainkan dunia
Apakah aku berlebihan?
Ketika aku membuka jendela kamarku sendiri untuk menghilangkan aroma tubuhmu?
Yang sengaja kau tinggalkan tanpa sepengetahuan diriku
Sudah pasti aku sebagai manusia memiliki banyak kekurangan,
Tapi pernakah kau mempertimbangkan berapa cukup yang kita setujui?
Atau seberapa bebas kau mendatangi diriku yang telah tersapu jauh
Aku tahu ini rumahmu..
Namun bukankah lebih baik jika kau menyapa kebunmu saat kau tiba?
Atau memberikan senyuman pada pintumu saat kau beranjak?
Yah...
aku mengetahui bahwa kita sendiri menyadari bahwa kita terbatas untuk mengerti, untuk mengerti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H