Mohon tunggu...
Rama Yuda Irawan
Rama Yuda Irawan Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Verba volant, scripta manent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Schadenfreude, Mengapa Kita Mendapatkan Kenikmatan atas Kesulitan Orang Lain?

1 April 2023   22:03 Diperbarui: 7 April 2023   17:45 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bahagia. (sumber: deliveringhappiness.com via kompas.com)

Schadenfreude adalah kata bahasa Jerman yang digunakan untuk menggambarkan rasa senang atau kepuasan yang kita rasakan ketika melihat orang lain mengalami kesulitan atau kegagalan. 

Meskipun kita mungkin tidak menyadari bahwa kita merasa seperti ini, schadenfreude adalah perilaku yang relatif umum dalam masyarakat dan sering terjadi dalam berbagai situasi.

Schadenfreude adalah emosi yang kompleks yang sering salah dipahami. Ini adalah perasaan senang yang dialami seseorang ketika menyaksikan kesengsaraan orang lain. 

Mungkin terlihat kontraproduktif, banyak orang merasa puas atau bahkan gembira ketika melihat orang lain gagal atau mengalami kegagalan.

Schadenfreude bukanlah konsep baru tetapi telah menjadi lebih banyak terjadi dalam masyarakat saat ini. 

Media sosial dan acara realitas TV, misalnya, telah membuat lebih mudah bagi orang untuk menyaksikan kegagalan dan kesengsaraan orang lain dan merasakan schadenfreude sebagai respons.

Alasan di balik schadenfreude sangat kompleks. Beberapa psikolog berpendapat bahwa itu mungkin berasal dari perasaan iri atau kebencian terhadap orang lain yang lebih sukses atau beruntung. 

Dengan mengalami schadenfreude, orang mungkin merasa puas bahwa mereka yang mereka anggap memiliki keuntungan yang tidak adil juga rentan terhadap kegagalan.

Peneliti lain menyarankan bahwa schadenfreude dapat menjadi cara bagi orang untuk mengatasi ketidakamanan dan kegagalan mereka sendiri. Dengan menyaksikan kegagalan orang lain, orang mungkin merasa lega bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka. 

Dalam hal ini, schadenfreude dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan yang membantu orang mengatasi kekurangan mereka sendiri.

Meskipun prevalensinya, schadenfreude bukanlah emosi yang sehat. Ini dapat menyebabkan perasaan bersalah dan malu dan dapat merusak hubungan dengan orang lain. 

Mereka yang mengalami schadenfreude mungkin merasa terisolasi dan kekurangan empati, yang dapat membuat sulit untuk membentuk hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Untuk menghindari konsekuensi negatif dari schadenfreude, penting untuk membina empati dan belas kasihan terhadap orang lain. 

Ini dapat dilakukan dengan berlatih rasa syukur, fokus pada aspek positif dalam hidup, dan belajar menghargai keberhasilan dan pencapaian orang lain. Dengan begitu, kita dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan memuaskan.

Berdasarkan Penelitian

Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengeksplorasi fenomena schadenfreude, atau rasa senang melihat orang lain mengalami kesulitan. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa schadenfreude dapat terjadi dalam berbagai konteks, mulai dari orang asing hingga saingan dan bahkan teman dekat.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Kentucky menunjukkan bahwa orang cenderung merasa senang ketika orang lain mengalami kegagalan dalam konteks persaingan. 

Penelitian ini menemukan bahwa ketika peserta dihadapkan pada kegagalan dalam tugas bersaing, mereka merasa lebih senang ketika saingan mereka mengalami kegagalan yang sama. 

Hasil ini menunjukkan bahwa schadenfreude dapat menjadi cara untuk meredakan stres atau kekecewaan setelah mengalami kegagalan, dengan membuat peserta merasa bahwa kegagalan mereka tidak terlalu buruk jika orang lain juga mengalaminya.

Sebuah studi lainnya yang diterbitkan di jurnal Social Neuroscience menemukan bahwa area otak yang terkait dengan penerimaan hadiah (reward) aktif ketika orang melihat orang lain mengalami kesulitan dalam konteks sosial. Hasil ini menunjukkan bahwa schadenfreude dapat memberikan sensasi kepuasan atau hadiah pada otak kita.

Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa schadenfreude dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan sosial kita. 

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of California menunjukkan bahwa orang yang lebih sering merasakan schadenfreude cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dan merasa lebih jauh dari teman-teman mereka. 

Selain itu, schadenfreude dapat membuat kita terlihat tidak empatik dan kurang peka terhadap orang lain, yang pada gilirannya dapat merusak hubungan kita dengan orang lain.

Daftar Pustaka

Cikara, M., Botvinick, M. M., & Fiske, S. T. (2011). Us versus them: Social identity shapes neural responses to intergroup competition and harm. Psychological science, 22(3), 306-313.

Takahashi, H., Kato, M., Matsuura, M., Mobbs, D., Suhara, T., & Okubo, Y. (2009). When your gain is my pain and your pain is my gain: neural correlates of envy and schadenfreude. Science, 323(5916), 937-939.

Smith, R. H., Webster, J. M., Parrott, W. G., & Eyre, H. L. (2011). The role of public exposure in moral and nonmoral shame and guilt. Journal of personality and social psychology, 100(3), 449-471.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun