Mohon tunggu...
Rama Yuda Irawan
Rama Yuda Irawan Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Verba volant, scripta manent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kritik Trend Instagram: Menjelajahi Kepribadian Manusia yang Kompleks dan Subjektivitas yang Unik

24 Maret 2023   03:22 Diperbarui: 24 Maret 2023   05:07 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Instagram telah menjadi platform media sosial yang sangat populer di kalangan masyarakat global. Selain memposting foto dan video, ada juga tren yang sedang berkembang di Instagram untuk mencoba menafsirkan kepribadian seseorang berdasarkan tanggal ulang tahun mereka. Namun, metode ini sering kali dianggap sebagai pseudosains dan telah menuai kritik dari beberapa kalangan. 

Tren Instagram ini didasarkan pada astrologi, yaitu praktik yang mengklaim dapat mengungkap kepribadian seseorang berdasarkan posisi planet saat seseorang lahir. Astrologi sebenarnya berasal dari zaman kuno dan telah dipraktikkan oleh banyak budaya di seluruh dunia. Namun, para kritikus menganggap bahwa aplikasi astrologi modern seperti yang ditemukan di Instagram kurang ilmiah dan lebih bersifat hiburan. 

Salah satu kritik utama terhadap trend ini adalah bahwa tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa posisi planet pada saat kelahiran seseorang memiliki pengaruh signifikan terhadap kepribadian seseorang. Studi ilmiah yang serius tentang astrologi belum pernah menunjukkan hubungan yang kuat antara tanggal lahir seseorang dan kepribadian mereka. 

Selain itu, beberapa orang menganggap trend ini sebagai bentuk stereotipe. Mengklasifikasikan orang ke dalam kategori tertentu berdasarkan tanggal ulang tahun mereka dapat menjadi generalisasi yang tidak akurat dan merugikan. Orang-orang sering kali dipandang hanya dari karakteristik zodiak mereka dan terkadang dilecehkan atau dibully karena hal ini. 

Meskipun trend Instagram ini mungkin tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat, banyak orang tetap tertarik dan terhibur oleh astrologi dan ramalan bintang. Hal ini mungkin karena adanya kebutuhan manusia untuk mengerti dan meramalkan masa depan dan ketidakpastian dalam hidup. Namun, penting untuk diingat bahwa metode astrologi modern seperti yang ada di Instagram harus dianggap sebagai hiburan dan tidak harus digunakan sebagai panduan dalam membuat keputusan hidup yang penting. 

Kritik terhadap trend Instagram ini tidak hanya berasal dari kalangan ilmuwan, tetapi juga dari beberapa praktisi astrologi. Mereka berpendapat bahwa astrologi seharusnya tidak digunakan sebagai cara untuk menilai seseorang atau membuat prediksi hidup mereka, tetapi sebagai alat untuk memahami diri sendiri dan hubungan antara manusia dan alam semesta.

Penting juga untuk diingat bahwa kepribadian seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor lain selain tanggal lahir, seperti pengalaman hidup, lingkungan, pendidikan, dan faktor genetik. Oleh karena itu, mengklasifikasikan seseorang hanya berdasarkan tanggal ulang tahun mereka dapat menyederhanakan dan mengabaikan kompleksitas individualitas manusia.

Secara keseluruhan, trend Instagram yang mencoba menafsirkan kepribadian seseorang berdasarkan tanggal lahir mereka dapat dianggap sebagai pseudosains dan dapat menyebarkan stereotipe yang tidak akurat. Oleh karena itu, sebaiknya kita memperlakukan astrologi dan ramalan bintang sebagai hiburan dan bukan sebagai panduan dalam membuat keputusan hidup yang penting.

Pseudosains sendiri merupakan sebuah ide, teori, atau praktek yang meniru sains tetapi tidak memenuhi standar ilmiah yang ketat atau tidak didukung oleh bukti empiris yang kuat. Pseudosains sering kali mencoba menawarkan penjelasan atau solusi yang terdengar meyakinkan, tetapi tidak dapat diuji atau diverifikasi dengan metode ilmiah yang terbukti.

Contoh pseudosains termasuk ilmu ramal, astrologi, pengobatan alternatif, serta teori konspirasi yang tidak didukung oleh bukti yang kuat. Meskipun beberapa pseudosains mungkin memiliki dasar atau elemen yang benar atau berguna, namun kebanyakan dari mereka terbukti tidak benar atau bahkan berbahaya ketika diikuti secara tidak hati-hati. 

Oleh karena itu, penting untuk mempertanyakan klaim-klaim yang tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat dan hanya mempercayai ide-ide yang telah diuji dan diverifikasi secara ilmiah.

Faktor Pembentuk Perilaku

Perilaku manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk faktor internal dan eksternal. Beberapa teori psikologi telah mengidentifikasi faktor-faktor utama yang membentuk perilaku manusia.

  1. Teori Behavioral: Teori ini berfokus pada pembelajaran sebagai faktor pembentuk perilaku. Menurut teori ini, perilaku manusia dipelajari melalui pengalaman dan lingkungan sekitar. Contohnya, perilaku seseorang dapat dipelajari melalui pengalaman masa kecil atau lingkungan di mana seseorang tumbuh dewasa.

  2. Teori Kognitif: Teori ini menganggap bahwa persepsi, pemikiran, dan pengalaman individu mempengaruhi perilaku. Contohnya, perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh keyakinan atau persepsi mereka tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar.

  3. Teori Psikoanalitik: Teori ini berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan bawah sadar, pengalaman masa lalu, dan konflik internal. Teori ini juga menganggap bahwa perilaku manusia dapat dianalisis dan dimengerti melalui interpretasi simbolik dan penemuan konflik bawah sadar.

  4. Teori Lingkungan: Teori ini menganggap bahwa lingkungan fisik dan sosial mempengaruhi perilaku manusia. Contohnya, ketersediaan sumber daya atau keamanan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku individu.

Selain teori-teori psikologi, penelitian juga telah mengidentifikasi beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku manusia, antara lain:

  1. Faktor genetik: Genetika dapat mempengaruhi perilaku manusia, termasuk temperamen, kecenderungan untuk melakukan tindakan tertentu, dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kesehatan mental.

  2. Faktor budaya: Norma dan nilai budaya dapat mempengaruhi perilaku manusia, termasuk cara berinteraksi dengan orang lain, tindakan yang dianggap pantas atau tidak pantas, serta sikap terhadap masalah tertentu.

  3. Faktor lingkungan: Faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, suara, dan aroma dapat mempengaruhi perilaku manusia.

  4. Faktor sosial: Hubungan sosial dengan orang lain dapat mempengaruhi perilaku, termasuk cara berkomunikasi, cara berperilaku dalam kelompok, serta cara merespons tekanan sosial.

Secara keseluruhan, faktor-faktor ini dapat berinteraksi dan saling mempengaruhi, membentuk perilaku manusia yang kompleks. Oleh karena itu, dalam memahami perilaku manusia, perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang beragam dan kompleks tersebut.

Perilaku manusia yang begitu kompleks dan unik. Menciptakan ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, termasuk genetik, lingkungan, dan pengalaman hidup, perilaku manusia tetap sulit diprediksi. Hal ini karena perilaku manusia bersifat sangat subjektif, dan setiap individu memiliki pengalaman dan perspektif yang berbeda-beda.

Seseorang yang dibesarkan dilingkungan yang sama dengan orang lain, bahkan di dalam keluarga yang sama, dapat mengembangkan perilaku yang sangat berbeda. Ini terjadi karena individu memiliki pengalaman hidup yang unik dan berbeda-beda, serta persepsi dan pemahaman yang berbeda-beda tentang dunia di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun