Mohon tunggu...
RA Lutfiah Az
RA Lutfiah Az Mohon Tunggu... Lainnya - p i a a

Mari berpendar dengan garis yang sama denganku disini! Sajak Sang Pemimpi, begitu kunamai.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Monolog Hati | Melepaskan?

15 Juni 2020   18:56 Diperbarui: 15 Juni 2020   18:59 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena melepaskan bukan berarti merelakan---

Memposisikan diriku sebagai orang yang pernah terluka dan sekarang aku merasa patah.
Sekejap hilang semua percaya yang kurangkai sedemikian rupa hanya karena tingkahmu yang tak kusangka-sangka.
Segala yang ada kini hancur tak bersisa.

Kau terus membanjiri isi otakku, merubah yang hening menjadikannya terasa bising.
Hingga perlahan air mataku mengering sebab kita merasa begitu asing.
Aku mulai nyaman bersandar pada dinding, sembari mengumpulkan ingatan berupa puing-puing.
Perasaanku terombang-ambing mengiring langkah kita yang saling menguatkan diri masing-masing.

Siapa sangka nyatanya kuatku tak begitu utuh.
Meski berusaha acuh, namun padamu hatiku tetap jatuh.
Sebelum langkahmu terlalu jauh, pada rindu aku rela bersimpuh.
Karena faktanya, aku takkan bisa mematikan sesuatu yang seharusnya tumbuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun