Jika Einstein lebih memilih untuk melihat Tuhan dalam harmoni dan keteraturan semesta dan tidak dikerdilkan dalam perwujudan simbol-simbol buatan manusia, maka menurut saya kita juga perlu melihat INDONESIA menggunakan kacamata yang serupa.Â
Indonesia adalah sebuah harmoni yang utuh dan indah dari heterogenitas belasan ribu pulau, etnis, warna kulit, budaya, bahasa, agama, kepercayaan dan lain-lainnya yang terbingkai dalam satu maha karya indah. Perbedaan bukanlah untuk memisahkan, tetapi untuk saling memperindah harmoni dan memperkaya warna indah lukisan. Itulah Indonesia yang sesungguhnya.
Merah-Putih, Garuda Pancasila, Indonesia Raya dan sejenisnya adalah simbol-simbol, yang disebut morphe oleh Einstein, sebagai identitas formal untuk membedakan Indonesia dengan yang lainnya.Â
Simbol-simbol itu tentu saja perlu dijaga sebagaimana kita menjaga kartu identitas kita, tetapi tidak seharusnya menjadikan kita lupa pada hakekat diri yang sesungguhnya.
Masih banyak orang INDONESIA yang senang menggunakan simbol-simbol seperti Pancasila maupun Merah Putih secara kerdil hanya untuk melabeli dirinya sebagai orang yang PALING INDONESIA.Â
Pada saat yang bersamaan, melihat orang lain TIDAK INDONESIA, walaupun nyata-nyata SAMA-SAMA INDONESIA yang tinggal di atas tanah nusantara, berbicara dalam bahasa Indonesia, bahkan warna kulit dan etnis nya pun sama. Akhirnya INDONESIA sendiri semakin kehilangan makna yang sesungguhnya.
Marilah kita ber INDONESIA secara kafah dan hakiki.
Sebagaimana teorinya, konsep Einstein tentang TUHAN juga belum tentu benar dan masih bersifat relatif. Namun setidaknya Einstein termasuk manusia yang benar-benar berusaha untuk menggunakan logika berpikirnya.
Jika kita ingin INDONESIA menjadi semakin baik, mari kita jaga simbol-simbol yang telah ada sebagai identitas untuk membingkai INDONESIA dalam sebuah harmoni mahakarya yang indah.
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA
Semoga semakin MAJU di usianya yang ke 75